Showing posts with label renungan. Show all posts
Showing posts with label renungan. Show all posts

Renungan : Arti Sebuah Kehidupan


Pernah suatu ketika, saya  bertanya dalam hati. Mengapa Allah memberikan kejutan besar dengan menghadirkan kanker dalam tubuh saya? Apakah tidak cukup dengan kejutan-kejutan besar lain yang sudah saya lalui, hingga  di tambah  kejutan lain berupa kanker ini? Dan entah berbagai pertanyaan lain yang berayun-ayun di kepala saya.

Namun, seiring perjalanan waktu, ternyata  dari kejutan-kejutan besar yang di berikan Allah, termasuk di dalamnya Kanker, saya menemukan berbagai hikmah di dalamnya.  Saya bukan hanya belajar dan terus belajar mengenai makna kehidupan sesungguhnya, bahwa hidup bukan hanya tentang siapa kita dan apa yang kita inginkan. Tetapi hidup lebih dari itu.

Saya terus belajar mengenai essensi kehidupan ini. Bahwa manusia juga terikat dalam hubungan dengan Pencipta serta hubungan dengan sesama manusia. Dimana saya menjadi lebih yakin dan percaya, bahwa Allah memang sudah mengatur sebaik-baiknya hidup saya sesuai skenario Nya.  Saya hanya tinggal berusaha menjalani dan terus mendekatkan diri padaNya.

Percaya atau tidak, kehadiran kanker menjadi selalu pengingat  kepada saya, agar selalu mengingat Allah dalam setiap langkah dan nafas kehidupan saya. Sesederhana dan sesimple itu, tetapi ternyata saya membutuhkan lebih banyak keberanian dan kekuatan untuk menemukan essensi istimewa tersebut.

Disisi lain, kondisi ini membuat saya lebih mengerti bagaimana menjalin hubungan antar sesama manusia. Ini bukan hanya sekedar terus  menjalin hubungan yang baik, komunikasi dan menjaga silaturahmi saja. Tetapi bagaimana pula kita bisa terus memberikan kebaikan-kebaikan serta berbagi manfaat bagi orang lain. Tidak peduli seberapa kacaunya Kanker mengusik tubuh saya, tetapi itu tidak akan mengubah keinginan saya untuk terus berkoneksi dan berbagi kepada sesama.

Saya juga menemukan banyak kebahagiaan-kebahagian yang tentu saja tidak pernah saya sangka.  Saya menemukan banyak cinta dan kasih yang tulus dari keluarga,sahabat, teman-teman dan bahkan dari orang-orang yang baru saya kenal.  Allah seakan menunjukkan kepada saya, bahwa ada banyak orang yang begitu menyayangi dan mendukung saya. Tinggal bagaimana saya menjalaninya dan selalu bersyukur dengan segala keadaan yang ada.

Terima kasih untuk semuanya...


Apakah Mama Akan Meninggal?



Tentang Fenomena Sinetron dan Film Indonesia



"Apakah mama akan meninggal?" Tanya anak saya suatu hari.
"Maksudnya seperti apa?"Tanya saya bingung. Terus terang saya cukup kaget mendengar pertanyaannya.
"Seperti di film itu, Ma. Dia kena kanker, dan akhirnya meninggal,"jawab anak saya pelan.
Hohohoho..rasanya pertanyaan itu menghujam tepat di jantung saya. Rupanya fenomena film dan sinetron Indonesia sekarang yang kerap menampilkan tokoh sakit kanker dan buntut-buntutnya meninggal, menjadi perhatian anak saya. Ia pun lalu menyamakan penyakit kankerku dan kanker si tokoh tersebut.
Well, memang rasanya sangat dramatisir sekali, ketika suatu kisah seorang pasangan muda yang mana salah satunya sakit kanker. Kisah-kisah mengharukan terurai panjang diantara mereka. Bagaimana perjuangannya menghadapi kanker di dampingi sang kekasih tercinta. Bagaimana kekuatan cinta yang akhirnya membuat ia rela menerima kondisi pasangannya dengan iklas dan dibumbui romantika cinta yang manis dan tulus. Atau ada pula yang mengisahkan sepasang anak muda, dimana sang cowok memutuskan sepihak si cewek hanya karena tidak ingin si cewek sedih mengetahui ia sakit kanker. Walaupun akhirnya si cewek pun tahu si cowok terkasih terkena kanker saat detik-detik terakhir ia akan meninggal.
Ah.. Sinetron dan film memang selalu berbumbu romantika. Padahal terkadang tidak seperti kenyataannya. Banyak pasien kanker yang akhirnya bisa kuat dan survive sampai sekarang. Banyak pasien kanker yang akhirnya bisa menerima dan iklas menjalani vonis kankernya.
Kanker seolah-olah menjadi sebuah penyakit yang mematikan dan menakutkan bila di cermati dalam sebuah film dan sinetron. Tentu saja hal ini jadi semacam bias tersendiri, khususnya bagi masyarakat. Sehingga ketika masyarakat mendengar kata kanker, menjadi sebuah nightmare . Terlebih apabila mereka tervonis kanker. Bayangan-bayangan tentang kanker menjadi semacam keraguan tersendiri buat sembuh. 
Mengapa para sineas sinetron atau film tidak membuat kisah perjuangan pasien kanker yang bisa survive dan menginspirasi masyarakat. Oke lah, memang ada 1 atau 2 sinetron atau film yang seperti itu. Kalaupun akhirnya si tokoh meninggal, ia bisa meninggalkan berbagai cerita indah dan kebaikan semasa hidup. Tapi itu masih berbanding sedikit dengan sinetron atau film yang berakhir dengan kisah pilu dan sedih mengenai kanker.
Mengapa tidak menjadikan sinetron atau film sebagai edukasi bagi masyarakat mengenai pemahaman tentang kanker. Tentang bagaimana mereka berusaha survive hidup dan tetap berbuat manfaat bagi orang lain. Bukan sosok yang sakit-sakitkan dan cenderung menyulitkan heheheh.. Ups.. Ini sebenarnya hanya sekelumit kisah yang ingin saya ungkapkan melihat fenomena sinetron dan film sekarang.
"Ma..., mama nggak akan mati kan?"Tanya anak saya lagi.
"Hidup dan mati mama sudah di atur Allah. Kalau pun memang mama nanti meninggal, itu karena memang takdir dari Allah,"ujar saya berusaha menahan air mata.
Ah.. Saya tahu.. Anak-anak saya sangat kuat menghadapi kenyataan bahwa mamanya terkena kanker. Mereka tumbuh jadi anak-anak yang mandiri dan tidak cengeng. Mereka tidak protes bila saat-saat tertentu saya memang tidak cukup kuat menemani mereka bermain ataupun jalan-jalan.
Mereka tahu saya menyayangi dan mencintai mereka dengan cara yang mungkin berbeda dengan ibu lakukan terhadap anak-anaknya. Dengan keterbatasan secara fisik yang kadang tidak stabil, saya berusaha menemani mereka dan tentu saja mendoakan mereka. Bahkan ketika ditanya oleh siapa pun tentang sakit mamanya, mereka akan menjawab mama kena kanker. Mereka pun dengan lantang akan bilang mama sudah sembuh.
Allah sangat baik pada saya. Saat saya tervonis kanker, namun saya tetap berusaha kuat dengan memberikan anugrah anak-anak yang sehat, cerdas, mandiri dan perhatian. Semoga Allah senantiasa melindungi kami sekeluarga... Amin..

26122013

Menulislah, Karena dengan Menulis Kau Akan Merasa Hidup

"Menulislah, karena dengan menulis kau akan merasa hidup..."

Sering kali saya membaca kalimat tersebut. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkannya. Yang jelas, saya sangat setuju dengan hal tersebut.

Beberapa waktu ini saya kerap dihadapkan dengan berbagai persoalan. Well, sebagai manusia, saya pun yakin, kita akan selalu dihadapkan persoalan. Apakah persoalan itu sederhana, sulit, atau bahkan sangat sulit. Tetap saja semua itu adalah ujian dari Tuhan untuk kita jalani.

Sebagai manusia yang tidak sempurna, tentu saya tidak serta merta mampu berdiri dengan tegak menghadapi persoalan itu dengan tegak. Ada kalanya saya pun harus merunduk, menahan perih, bahkan terkadang harus sesekali terjatuh.

Saya akui, saya memang bukan seorang superwomen. Tapi saya mempunyai semangat dan optimis tinggi untuk bangkit dan berjalan, walaupun terkadang harus melewati fase-fase yang membuat saya down.

Hal yang sederhana, kala rasa sakit kembali mendera tubuh saya. Saat itu saya merasa harus rehat sejenak mengumpulkan berbagai kekuatan untuk kembali bangkit. Melawan rasa sakit tidaklah mudah. Namun, saya pun memilih untuk tidak menyerah dengan rasa sakit. Salah satu cara yaitu berdamai dengannya. Ya, saya harus bisa menerima kenyataan kalau memang rasa sakit itu kembali datang dan nyaris membuat saya berputus asa. Setidaknya dalam fase itu, saya berdamai dengan cara meluangkan waktu kembali untuk beristirahat. Mungkin rasa sakit itu menyerang karena saya terlalu bergembira melakukan banyak aktifitas tanpa sadar tubuh ini memerlukan pemulihan. Atau bisa jadi Tuhan sedang menegur saya untuk lebih mendekatkan diri kepada Nya.

Beristirahat kembali sembari merasakan denyut-denyut rasa sakit tetap saja membuat sensasi tersendiri. 
Beruntunglah saya masih dikelilingi oleh suami, anak, keluarga, sahabat dan teman yang selalu mendukung dan mencintai saya. Setidaknya itu menjadi salah satu alasan saya untuk tetap bertahan dan bersemangat.

Menulis menjadi salah satu aktifitas penting yang menemani saya melewati saat-saat sulit. Menulis membuat saya menjadi hidup, bersemangat dan bergairah. Menulis seakan mengalihkan pikiran dan rasa sakit nyeri yang sedang saya alami. Tidak peduli apapun yang saya tulis, yang ada dibenak saya hanya menulis, menulis dan menulis. Sehingga saat saya lelah menulis, saya pun bisa langsung bisa tertidur tanpa menghiraukan rasa sakit.
Entahlah mengapa demikian. Tapi itulah yang terjadi sesungguhnya.

@samarinda, 11 Juli 2013

CINTA (bagian 1)

Hari ini saya tergerak menuliskan cerita tentang cinta, tepatnya cinta sejati suami istri.

Jujur saja, saya sendiri terkadang masih ambigu dengan arti Cinta sesungguhnya. Bagi saya, mungkin sama dengan pikiran banyak orang. Cinta itu berarti saling menyayangi dan menghormati satu sama lain. Cinta itu berarti saling menerima kekurangan dan kelebihan masing. Entah berbagai macam pengertian tentang cinta itu sendiri.

Dan pagi ini, saya kembali merenungkan arti cinta sesungguhnya. Tepat ketika saya duduk manis menunggu antrian panjang pasien yang ingin berobat.  Saat menuliskan cerita ini, saya sedang duduk diapit 2 pasangan suami istri yang cukup berumur. Satu pasangan di sebelah kanan saya, satu pasangan di sebelah kiri saya.

Di sebelah kanan saya, sepasang suami istri dimana suaminya sakit cukup berat yang terlihat oleh saya. Begitu pula pasangan suami istri sebelah kiri saya. Sang suami terlihat sakit dan kurus sekali, bahkan untuk berjalan pun sang istri harus memapahnya. Banyak hal yang berkecamuk di pikiran saya. Salah satunya bagaimana perasaan ataupun perilaku mereka menghadapi kondisi tersebut.


Saat seseorang dalam kondisi sakit dan diharuskan menjalani pengobatan yang cukup memakan waktu, tentunya banyak hal yang terjadi. Tidak hanya terkait dengan biaya pengobatan, tetapi juga kondisi fisik dan psikis dirinya. Terlebih ketika ia memiliki pasangan. Dalam kondisi sakit, banyak hal yang bisa terjadi. Apakah pasangan nya bisa menerima dan turut mendukung untuk proses pengobatan dan penyembuhan. Ataukah malah pasangan tersebut merasa terbebani dan bahkan ada yang memilih untuk tidak mengurus atau meninggalkannya begitu saja.

Ya, saat itulah sebuah CINTA Sejati sedang diuji. Bagaimana pun kondisi susah, sedih, sakit, gembira ataupun bahagia, semua tidak akan merubah perasaan yang ada. Begitulah yang terjadi pada kedua pasangan yang duduk diantara saya. Dari cara mereka saling berbicara, memperhatikan, bahkan mendengarkan, terlihat dengan jelas bagaimana cinta diantara mereka begitu kuat. Cintalah yang menguatkan mereka untuk tetap kokoh dan kuat dalam kondisi fisik dan psikis yang sedang diuji. Cintalah yang membuat mereka bisa bersemangat dan optimis untuk menjalani hidup. Walaupun badai sedang menerjang mereka, tapi mereka tetap terus bertahan dan melangkah.

Sesaat kemudian saya layangkan pandangan ke depan saya. Tampak sepasang suami istri sedang duduk mendampingi anak perempuan mereka yang berada di kursi roda. Usia anak perempuan mereka, saya perkirakan berkisar 20 an tahun.

Tampak sang istri tampak ceria bercerita untuk menghilangkan jenuh si anak. Sang suami pun tidak berdiam diri. Sesekali suami tersebut menimpali pembicaraan mereka. Bahkan tidak jarang ia memegang dan membelai anak perempuannya. Sampir semua mata orang tertuju kepada sang anak melihat kondisinya. Saat itulah saya lihat bagaimana Cinta kedua orang suami istri kepada anaknya begitu kuat. Dengan cinta, mereka berusaha memberikan suntikan semangat dan dukungan kepada si anak. Dengan cinta, mereka turut mendampingi anak mereka dalam kondisi sulit dan senang.

Ah.. Cinta itu memang rumit dan misteri. Namun bila saya melihat dua kejadian yang berbeda itu, membuat saya kembali berfikir bahwa cinta itu tidaklah rumit dan penuh misteri.
Cinta itu begitu sederhana dan bermakna. Cinta itu begitu bersahaja dan indah. Seperti cinta dua pasang suami istri di samping saya. Seperti cinta kedua orang tua dan anak mereka di depan saya.

@Cijantung, 27 Juni 2013
.....
(Bersambung)