Resensi Novel Insya Allah, Sah !

9:32 AM 2 Comments A+ a-

Resensi Novel Insya Allah, Sah!
Oleh  : Tri Wahyuni Zuhri

Judul : Insya Allah, Sah!
Penulis :  Achi TM
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 322 Halaman
ISBN : 9786020314655

Tidak banyak novel dengan genre metropop yang terbalut banyak hikmah dan pelajaran hidup di dalamnya.  Novel Insya Allah, Sah! Yang ditulis Achi TM merupakan salah satu novel metropop namun tetap mengandung nilai nilai islami.

Uniknya lagi, Achi selaku penulis mampu meramu novel yang di tulisnya tidak seperti novel islami lainnya.  Dengan gaya bahasa menarik dan mengambil setting kehidupan kota besar metropolis, Achi menyajikan kisah novel yang membuat pembaca betah membaca novel setebal 322 halaman ini.

Silviana Harini,  sang tokoh utama novel ini adalah desainer cantik dan fashionable, pemilik Silviana Sexy Boutique.  Boutique yang dikelolanya selain mengalirkan omset meningkat kepada Silvi, juga mempunyai branding sebagai produk yang berkelas, ekslusif sekalgus seksi. Salah satunya berkat sang adik Gina, merupakan anggota group band Chit Chat yang naik daun serta kerap mempromosikan produk Boutique Silvi.

Silvi memiliki kehidupan nyaris sempurna yang membuat  banyak orang kagum padanya.  Apalagi perjalanan cintanya dengan Dion, eksekutif Produser yang akhirnya memutuskan untuk melamarnya setelah bertahun-tahun pacaran.  Namun ternyata semua rencana  tidak semulus perkiraan Silvi.

Kisah bermula saat Silvi  terjebak tanpa sengaja di sebuah lift dengan Raka, seorang cowok yang alim dan religius.  Padahal saat itu Silvi harus mengejar janji bertemu dengan Dion.  Berada dalam lift selama berjam-jam dan berupaya agar pintu lift terbuka namun tidak berhasil, membuat Silvi bernazar.  Ia bernazar untuk mengenakan hijab selamanya apabila pintu lift terbuka. Dan ternyata pintu lift langsung terbuka saat Silvi selesai mengucapkan nazar (halaman 32).

Cerpen : Dia Ibuku - Tri Wahyuni Zuhri

8:49 PM 0 Comments A+ a-


DIA IBUKU

Oleh : Tri Wahyuni Zuhri

Lintang, Sampai kapan hatimu tetap membeku seperti ini.
Ibu sedang sakit terus dan selalu mencari dirimu.
Pulanglah Lintang, lupakan saja masa lalu.
Kakakmu,

Adji

Sepenggal surat yang dikirimkan mas Adji kembali mengusik perasaanku. Surat ini adalah surat yang kesekian kalinya yang isinya nyaris tidak berbeda dalam 2 bulan terakhir ini. Dan aku, untuk kesekian kalinya merasa sangat terganggu dengan isi surat itu.

Ibu, rasanya bukan sebuah sebutan yang layak bagi wanita yang kata mas Adji sedang sakit keras. Widyasari, nama wanita itu. Wanita yang bagiku telah ku kubur kenangan bersamanya selama 5 tahun terakhir ini.

Widyasari adalah seorang yang menjadi wanita kedua bagi ayahku.Beberapa saat setelah ibuku meninggal, hanya dalam hitungan bulan saja, ayah telah tega memberikan posisi ibu yang sangat mulia di mataku dengan kehadiran widyasari.

Sungguh aku tidak rela. Berbagai protes di sertai dengan aksi mogok telah kulakukan sebagai tanda tidak setuju atas tindakan ayah, namun tidak satupun hal tersebut mengubah keinginan ayah untuk menikahi widyasari.

Aku ingat sekali , pada suatu malam di awal bulan Mei, aku bertanya kepada ayah mengapa ia begitu cepat melupakan ibu dan menggantikan posisinya dengan Widyasari.
Ayah terdiam lama mendengar pertanyaanku. Dan setelah itu kulihat butiran air mata menetes dari kedua kelopak matanya .

“Ayah ingin ada seorang ibu yang bisa menjaga Lintang dan Adji bila ayah pergi nanti”. Jawab ayah kala itu.

“Ayah mau pergi kemana? Lagipula kalau ayah pergi, Lintang dan mas Adji akan baik-baik saja. Toh, kami juga terbiasa mandiri,” sahutku agak merajuk.

Ayah terdiam, sejenak kemudian ia mulai mendekat dan mengusap lembut rambutku.

Bertahan demi Anak-anak

7:03 PM 0 Comments A+ a-

Beberapa waktu lalu, saya kontrol lagi ke dr. Lutfi. Beliau adalah dokter syaraf yang menangani saya selain dokter onkologi saya. Rupanya rasa beraneka ragam di kaki kanan, membuat saya akhirnya kembali bertemu beliau untuk berobat.
Tentu tidak lupa memberikan buku‪#‎kankerbukanakhirdunia‬ . Beliau sempat berkata ,"Ibu Semangat untuk sembuhnya tinggi sekali".
Saya tersenyum dan menjawab,"Masalah sembuh dari kanker, itu hak Tuhan, dok. Saya hanya berusaha untuk tetap bertahan demi anak-anak".
Doakan saya teman teman , agar selalu bisa kuat dan semangat hingga bisa terus berbagi kebaikan kepada semua orang. Aminn

CERPEN "Ketakutan Mudik" Tri Wahyuni Zuhri

3:57 AM 4 Comments A+ a-




Ketakutan Mudik
Oleh : Tri Wahyuni Zuhri
(Dimuat di Kaltim Post, 19 Juli 2015)

Arini masih duduk termenung sembari memandangi kalender yang berada di hadapannya.  Lebaran tinggal beberapa hari lagi.  Seharusnya menunggu hari lebaran seperti ini, sangat di nanti oleh umat muslim, termasuk oleh Arini.  Apalagi setelah sebulan penuh berpuasa, rasanya wajar bila Lebaran menjadi hari kemenangan bagi siapa saja yang merayakannya.

Arini menghela nafas panjang.  Ia tidak bisa berbohong kalau perasaannya masih tidak menentu untuk merayakan lebaran tahun ini.  Setelah menikah selama 4 tahun bersama Gaza, tahun ini akan menjadi mudik lebaran kedua ke Samarinda, kampung halaman suaminya itu.

"Aku sudah menyiapkan tiket pesawat untuk kita bertiga mudik ke Samarinda," kata Gaza beberapa hari yang lalu kepadanya. Sore itu Arini sedang menyiapkan makanan berbuka puasa mereka.

"Kenapa mendadak seperti itu mas? Aku belum persiapan apapun,"kata Arini masih dengan rasa terkejut.

Gaza tersenyum,"Aku memang sengaja menyiapkan kejutan ini untukmu. Ibuku meminta tahun ini kita mudik  lebaran ke Samarinda".

"Aku juga belum menyelesaikan beberapa draft tulisan artikel untuk klienku.  Belum lagi pesanan produk online yang harus kukirimkan,"sahut Arini beralasan.

"Aku akan bantu mengurus kiriman paket pesananmu di ekspedisi. Untuk draft artikel, kan bisa di kerjakan sampai di sana".

"Tapi mas, bagaimana dengan Bimo? Usianya masih kecil untuk di ajak mudik. Kasian nanti dalam perjalanan pasti kecapekan," kata Arini kemudian.

"Bimo kan sudah umur dua tahun. Lagi pula kita naik pesawat dari Surabaya ke Balikpapan lalu lanjut jalan darat ke Samarinda. Tidak akan terlalu melelahkan,"bujuk Gaza  sambil menatap mesra wajah Arini. Ah, kalau seperti itu Arini rasanya tidak bisa memberikan alasan apa-apa lagi.

"Kita berapa lama mudik ke Samarinda, mas?"tanya Arini dengan tidak bersemangat.

"Seminggu saja. Semua saudaraku akan kumpul di rumah ibu. Mereka sudah ingin sekali melihat Bimo, anak kita. Siapkan keperluan mudik kita dari sekarang, ya", pinta Gaza di iringi anggukan Arini.

Medictrust Solusi Rekam Medis Era Modern bagi Pasien Kanker

3:54 PM 6 Comments A+ a-

Lebaran Tinggal menghitung jam, saat saya harus di larikan ke UGD salah satu rumah sakit swasta.  Saya yakin, tidak ada satu pun orang yang akan mau menjalani malam takbiran lebaran di UGD rumah sakit kecuali dalam kondisi tertentu.  Hal itu pula yang terjadi pada saya.

Sebenarnya kondisi tubuh saya beberapa hari ini kurang enak badan, tetapi saya berusaha tidak terlalu mengacuhkannya.  Saya berfikir, kalau perasaan tidak nyaman selalu saya pikirkan, malah nanti tambah sakit hehheh.. Tapi rupanya, sore menjelang magrib itu, kondisi saya sudah tidak nyaman. Akhirnya saya nyerah juga untuk di bawa ke rumah sakit. :D

Sesampai di UGD saya langsung di papah ke kursi roda dan di dorong menuju ranjang perawatan oleh perawat.  Dokter Jaga saat itu adalah seorang dokter laki-laki yang muda.  Beliau langsung menanyai dan memeriksa saya.

"Apa yang ibu rasakan saat ini?"tanyanya sambil memeriksa saya.

"Kaki kanan saya kaku, dok. Saya gerakan tapi tidak terasa,"kata saya seraya menahan sakit.

"Kenapa bisa begitu, bu? Apa ibu ada riwayat penyakit lain?"tanyanya dengan serius.

"Saya pasien kanker tiroid, dok. Kanker saya sudah metastase ke tulang belakang,"sahut saya kalem.

Dokter muda itu sedikit terkejut lalu memandang saya dengan tatapan tidak percaya. Mungkin karena saya masih bisa tersenyum senyum sendiri, jadi dokter tidak yakin saya kena kanker hehehehe..

Dokter pun lalu menanyakan lebih lanjut mengenai penyakit saya dan apa yang saya rasakan saat itu.  Berhubung sudah malam takbiran, maka tidak ada satu pun dokter spesialis yang praktek. Dokter Jaga pun menyarankan saya untuk di infus vitamin,  obat mag, dan obat nyeri.  Tentu saja saya langsung menyetujui, dari pada saya menahan rasa tidak nyaman.

Sambil menunggu cairan infus tetap jalan, saya kembali mengobrol dengan  dokter muda. Ternyata beliau cukup ramah dan enak di ajak konsultasi.

"Ibu ada bawa rekam medis perawatan penyakit kanker ibu selama ini?"tanyanya tiba-tiba pada saya.

Astaga, saya lupa!  Saya langsung menggeleng cepat.  Biasanya kalau ada kasus emergency seperti ini atau kontrol ke dokter, saya pasti bawa tas file yang berisi rekam medis saya. Apalagi rumah sakit yang saya tuju saat itu merupakan rumah sakit baru yang belum pernah saya di rawat.

Tetapi entah mengapa, benar benar tidak terpikir untuk membawanya. Yang terpikir saat itu hanya segera membawa saya ke UGD karena kondisi fisik saya yang butuh penanganan cepat. 


Tiba-tiba saya teringat kalau sudah menggunakan aplikasi Medictrust di handphone saya. Bahkan beberapa hari sebelumnya, saya sudah memasukkan berbagai data dan foto rekam medis saya di apliasi Medictrust. Langsung saja, seluruh data yang tersimpan di medictrust itu saya perlihatkan ke dokter jaga.



"Aplikasi baru ya ini, bu? Bisa di download dari Handphone?" Tanya dokter jaga tersebut saat saya memperlihatkan berbagai file rekam medis saya di medictrust.

"Iya, dok. Ini program baru.  Saya juga baru download aplikasinya dan terbantu sekali,"kata saya sembari tersenyum. 

Syukurlah, aplikasi medictrust ini sangat bermanfaat sekali bagi saya hari itu :)


Hikmah di Balik Kanker

12:29 AM 12 Comments A+ a-

Hikmah di Balik Kanker

Saya tidak pernah menyangka perjalanan saya berjuang melawan kanker, akan menemukan berbagai kejutan dalam hidup saya.

Dulu, saya sering mendengar atau membaca kalimat bijak "Selalu ada Hikmah di Balik Cobaan". Saat mendengar atau membacanya, saya selalu tersenyum. Ya, memang semua yang kita alami selama ini sudah di atur dengan sebaik baiknya oleh sang pemilik hidup kita.  Apa yang di tentukan untuk kita, pasti sudah yang terbaik menurut Allah.


Tetapi saat saya harus menerima vonis kanker stadium lanjut dalam keadaan ketidaksiapan fisik dan mental, saya hampir saja menepis kalimat bijak itu.  Bagaimana saya harus bisa berfikir akan ada "hikmah" di balik vonis kanker itu? Sedangkan menjalani hidup sebagai pasien kanker itu tidak mudah dan bahkan menguras energi, waktu, biaya bahkan air mata.

Ini bukan bercerita  bagaimana perjuangan keras saya melawan kanker, termasuk menjalani berbagai pengobatan dan terapi, serta harus mengalami masa pasang surut menghadapi kanker.  Bukan..bukan bicara tentang itu.



Saya berbicara mengenai banyak kejutan kejutan tidak terduga dan luar biasa yang saya alami.  Ya, semuanya terbingkai sebuah kata "HIKMAH" di balik vonis kanker. Rupanya tanpa saya sadari, seiring berjalannya waktu, saya mulai belajar menerima dan mencari arti mengapa Allah memberikan vonis kanker ini.




Irni Fatma Satyawati , Tetap Produktif Berkarya dari Negeri Sakura - Mengenal Penulis Kaltim (bagian 3)

4:43 AM 6 Comments A+ a-

Tidak banyak penulis perempuan khususnya  di Kaltim yang konsen dalam  bidang psikologi, pengembangan diri dan masalah  keluarga.  Irni Fatma Satyawati, sarjana S1  lulusan Psikologi kelahiran Samarinda ini, merupakan salah satu penulis Kaltim yang konsen dalam bidang-bidang tersebut.

Irni, begitu biasanya ia di sapa, saat ini bersama suami dan kedua anaknya berada di Ube-shi, Yamaguchi Jepang.  Keberadaan Irni di Jepang dalam rangka mengikuti suami yang sedang melanjutkan studi di sana.  Namun ternyata, jarak Jepang dan Indonesia yang sangat terbentang jauh, tidak lantas membuat Irni berdiam diri.  Selain semakin produktif berkarya menulis, Irni  melakukan banyak kegiatan yang positif di Jepang. 


Di sela-sela peran utamanya sebagai  istri dari Akhmad Riva'i dan Ibunda dari Yuki dan Yuuta ini, menyempatkan diri melakukan berbagai hobinya.  Hobbi menulis, memasak, membaca, membuat kerajinan, dilakukannya sambil tetap fokus mengurus kedua buah hatinya.

Kecintaan Irni dalam dunia menulis di mulai saat aktif di Majalah Dinding saat duduk di bangku SMP.  Ia mengaku suka membaca majalah remaja, sehingga memotivasinya untuk bisa terus menulis. Terlebih lagi ia sangat menyenangi pelajaran mengarang di sekolah.  Kemampuan menulisnya semakin berkembang saat melanjutkan ke SMA dan menjadi ketua ekstra kulikuler Majalah dinding di sekolahnya

Namun kegiatan menulis tersebut sempat vakum kembali setelah sekian tahun karena kesibukan belajar.  Hingga akhirnya Irni kembali menemukan dunia menulisnya, setelah bertemu dengan teman yang sama sama suka menulis.  Sejak saat itu, ia memupuk kembali rasa percaya dirinya untuk menulis dengan terus mengasah kemampuan menulisnya.

Irni sudah menulis beberapa buku, antara lain buku "Ayo Kamu Pasti Bisa" yang di tulis bersama Herry Prasetyo, diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama.  Buku "Keseimbangan Hidup Perempuan" duet bersama Achi TM, di terbitkan Penerbit Stilleto Book.  Serta beberapa buku antologi bersama, antara lain PERCA, Anak Nakal atau Banyak Akal, dan Event Tahun Baru.

Berbagai tulisannya dimuat di berbagai media daerah maupun nasional, antara lain Mom Kiddie, Tribun Kaltim, dll. Dengan basic pendidikan psikologi, ia sempat di percaya untuk mengisi rubrik curhat di majalah Expresi Pluz Kaltim. Irni juga beberapa kali mengisi rubrik parenting di tabloid My Mommy.

 Hingga saat ini, Irni masih aktif menulis artikel lepas di www.keluarga.com sebagai author dan kontributor web. Selain itu ia aktif di Komunitas Ummi Menulis, juga sebagai kontributor web Majalah Ummi dan Annida Online.

Berikut Wawancara saya dengan Irni Fatma Satyawati melalui email :
-------------------------------------------------------------------------------

1. Anda termasuk perempuan dengan seabrek aktifitas, baik di bidang pekerjaan maupun rumah tangga. Apalagi Anda sekarang tinggal di Jepang? Bisa di ceritakan bagaimana anda membagi waktu dan resep supaya bisa sukses di berbagai aktifitas tersebut?

Aktifitas utama tetap menjadi ibu dan istri. Kalau urasan mereka semua sudah kelar. Sudah makan, mandi, nemenin main dan semua keperluan suami udah beres. Biasanya saat suami di kampus, anak-anak tidur. Disitu saya nyambi nulis dari note di handphone. Minimal dapat 2 artikel, setelah itu baru bebersih rumah. 
Malamnya setelah anak-anak tidur, biasanya saya sisihkan 2 jam untuk mengedit semua tulisan di laptop. Semua tulisan saya kirim lewat email, dari email saya yang satu ke email saya yang lain. Jadi sudah gak bingung mindah-mindahin data dari HP ke laptop. Tinggal buka email aja.



Rumah Sunatan, Pelayanan Khitan Anak yang Bikin Bahagia :)

9:09 PM 0 Comments A+ a-

Saya sebenarnya sudah lama mendengar nama Rumah Sunatan dari beberapa teman.  Salah satunya dari teman saya yang beberapa waktu lalu menkhitan atau menyunat anak lelaki sulungnya disana.  Teman saya bercerita mengenai metode khitan atau sunatnyang dilakukan di Rumah Sunatan.  Kebetulan teman saya itu memilih metode khitan yang menggunakan Klamp untuk anaknya. 


Kata teman saya  sih, sehabis khitan, anaknya sudah bisa beraktifitas biasa.  Kita idak perlu repot bolak balik ganti perban seperti khitan manual  yang menggunakan gunting.  Tentu saja saya jadi penasaran kan.  Apalagi si Arya sudah kelas 6 SD, dan siap siap untuk di khitan.  Arya sendiri sudah meminta saya supaya tidak di sunat pakai gunting.

"Jangan pakai gunting, ma. Kata temanku, sakit pas disunat. Trus abis disunat juga sakit," kata Arya dengan wajah meringis. Wah, kalau sudah begitu, pasti Arya sudah membayangkan sakitnya.

"Tapi kan di bius, Arya. Ngga mungkin sakitnya terasa,"sahut saya sok bijak. Pengalaman saya pribadi berkali kali berhadapan dengan operasi dan obat bius, jadi berasa sudah paham bener reaksi obat bius itu.

"Tapi mama kan pingsan abis di bius, jadi ngga liat. Kalo Arya sunat kan, Arya sadar , ma," jawab Arya memelas.  

Arya lalu menceritakan berbagai pengalaman teman temannya yang sudah sunat. Dari teman sebangku, teman sekelas, teman sepermainan, sampai teman tetangga.  Rupanya Arya sudah mencari berbagai informasi dan referensi untuk masalah sunat menyunat.  Hihihihi.. kaya emaknya aja yang doyan cari berbagai referensi kalau mau nulis.

Kalo abis sunat, dapat tas cantik isinya sertifikat
dan kenang-kenangan lho plus obat obatnya

Aduh duh... kalau sudah begini kacau deh jika si emak salah ambil langkah. Bisa bisa Arya malah trauma dan ngga mau di sunat.  Jadi, saya pun membesarkan hati untuk bertanya masalah sunat menyunat kepada siapa pun.  Kalau papanya Arya sih cuman koment sederhana. Metode sunatnya, terserah yang Arya mau aja. Biar dia berani sunat !  Nah, lho. Giliran emaknya yang pusing.

Mengenal PITA TOSCA, Komunitas Pejuang Tiroid

9:42 PM 4 Comments A+ a-



Pita Tosca adalah support group dan tempat berkumpul serta berbagi informasi bagi pejuang kesehatan tiroid di Indonesia. Pita Tosca dibentuk pada Oktober 2014 oleh dua perempuan muda pejuang kanker tiroid, yaitu Astriani Dwi Aryaningtyas dan Bunga Ramadani.


Salah satu misi utama Pita Tosca adalah mendampingi pejuang tiroid dalam bentuk dukungan psikologis, memberi informasi yang tepat seputar kesehatan tiroid dan pengobatannya, serta memperkenalkan dan melakukan edukasi kesehatan tiroid secara lebih luas ke masyarakat Indonesia. Pita Tosca dapat dihubungi melalui e-mail : tiroidpitatosca@gmail.com





FANPAGE FB :
https://www.facebook.com/tiroidpitatosca

TWITTER :
Http://www.twitter.com/pitatosca

BLOG :
Http://www.tiroidpitatosca.wordpress.com

INSTAGRAM :
Http://www.instagram.com/tiroid_pitatosca