Athirah, Ketangguhan dan Keteguhan Seorang Istri

3:29 PM 5 Comments A+ a-

Judul : Athirah
Penulis : Alberthiene Endah 
Penerbit  : Noura Books
Tebal    : 388 halaman
Tahun : Agustus 2016

Sering kali kita dengar kisah  perjuangan dan ketangguhan seorang perempuan sebagai  istri dan ibu bagi keluarganya.  Athirah, demikianlah nama salah satu  sosok perempuan tangguh dan istimewa, yang  di tulis oleh Albertheine Endah dalam buku ini.

Athirah adalah ibunda dari Jusuf Kalla yang merupakan Wakil Presiden Indonesia dan juga berprofesi sebagai penguasaha sukses.  Kisah perjalanan hidup Jusuf Kalla atau yang akrab di panggil JK  hingga meraih kesuksesan dalam kehidupan dan karier, tidak lepas dari didikan dan doa dari  Athirah.

Dalam buku ini yang berisi 14 bab ini, memang lebih banyak berkisah mengenai sosok Athirah yang biasa di panggil Emma oleh JK dan saudara-saudaranya.  Kehidupan keluarga JK memang berkecukupan, karena memang ayah JK yaitu H. Kalla merupakan pengusaha sukses di Makassar.

Namun hal itu tidak membuat JK dan saudara-saudaranya tinggi hati dan berbuat seenaknya. Malah mereka tetap hidup sederhana, mandiri dan religius. Bahkan JK yang merupakan anak  laki-laki pertama,  sudah terbiasa membantu usaha keluarga sejak ia remaja. Ia banyak belajar kemandirian, kerja keras, tanggung jawab, dan kejujuran dalam berusaha. Semua juga berkat didikan dan dorongan dari H Kalla dan Emma Athirah.

Hingga suatu ketika, terjadi perubahan tidak di sangka  dalam kehidupan keluarga mereka. H. Kalla di ketahui menikah untuk kedua kalinya. Pernikahan kedua itu, ternyata memberikan dampak kepada Athirah dan anak-anaknya, khususnya kepada Jusuf Kalla.

Sebagai seorang istri, Athirah di hadapkan dengan kepatuhan dan hormatnya kepada suami. Tetapi di sisi lain, Athirah juga memendam rasa sedih karena keputusan suaminya berpoligami.

Walaupun di awalnya terlihat jelas bagaimana kesedihan dan kepedihan Athirah. Namun Athirah berusaha tetap terlihat tegar dan sabar demi anak-anaknya. Ia berusaha tetap menjadi pelita hati dan menentramkan jiwa bagi anak-anaknya, di kala sang suami harus berbagi waktu dengan istri kedua.

Dengan mengumpulkan berbagai sisa-sisa kekuatan yang ada, Athirah mampu bangkit dari rasa kepedihan dan kekecewaan. Ia tidak hanya mampu menerangi keluarganya dari rasa duka, bahkan ia belajar mandiri untuk mengurus usahanya sendiri. Athirah memulai usaha berdagang kain sutra dan berlanjut ke usaha bisnis angkutan umum. JK pun turut terlibat membantu mengembangkan usaha Athirah.  

Bahkan ketika usaha Haji Kalla sempat mengalami kemunduran, Athirah mampu tampil ke depan untuk bahu membahu membantu roda kehidupan usaha sang suami.  Ia mengesampingkan rasa sedih dan pedih yang pernah di rasakannya, demi kepentingan keluarga dan usaha mereka.

Buku ini juga semakin menarik, ketika menampilkan kisah romantis JK dan Mufidah yang kelak menjadi istri JK.  Melihat dari pernikahan kedua orang tuanya yang tidak berjalan mulus dan berpoligami, sempat membuat JK ragu untuk menjalin hubungan dengan perempuan.

Namun hal itu berubah, ketika JK bertemu dengan Mufidah. Mufidah merupakan sosok perempuan mandiri dan hidup di tengah keluarga yang religius. JK pun harus melakukan berbagai cara dan waktu yang cukup lama untuk bisa memenangkan hati Mufidah.

Membaca buku ini ternyata mengandung banyak hikmah yang bisa di ambil oleh pembaca.  Ketabahan keteguhan hati seorang istri yang di poligami, memang menjadi kekuatan dalam buku ini.  Sebagai istri yang di poligami, tidak lantas membuat Athirah larut dalam kesedihan dan kekecewaan. Ia mampu membawa keluarganya untuk bangkit kembali. 

Rasa cinta dan kasih Athirah yang begitu besar kepada keluarga, menjadikan anak-anak sebagai orang yang sukses di kemudian hari.  Semua tidak lepas berkat doa dan didikan Athirah kepada JK dan saudara-saudaranya.

Selamat Hari Blogger Nasional 2016

7:27 PM 0 Comments A+ a-

Selamat Blogger Nasional Teman-teman Blogger semua

Kelas Online Menulis & Blog Untuk Survivor dan Relawan Kanker

11:56 PM 2 Comments A+ a-

DI buka Kembali Kelas Blog Pemula dan Kelas Menulis
(Untuk Para Survivor  Kanker dan Relawan kanker)

Assalamualaikum wr wb,

Teman-teman,
Menindaklanjuti banyaknya antusias permintaan dari teman-teman agar di buka kembali kelas online blog dan  menulis, maka saya dan sahabat saya Sri Rahayu membuka kelas online baru.

Rencananya, kami  juga akan membagi kelas menjadi dua kelas, yaitu kelas online "Blog bagi Pemula" dan  kelas online "Menulis", dimana kedua jadwal kelas tersebut akan berbeda. Namun, kami berdua tetap akan mengajar di group tersebut.

Pendaftaran kelas online "Blog Untuk Pemula" dan kelas online "Menulis" terbuka untuk para survivor kanker dan bagi para relawan kanker. 

Mengingat banyaknya peminat, untuk kelas online Blog pemula, peserta di prioritaskan bagi yang belum memiliki blog dan benar-benar ingin belajar blog dari awal. Sedangkan untuk kelas online menulis, peserta diharapkan yang benar-benar belajar serius untuk menulis.

Bagi teman-teman yang berminat, bisa hubungi :

Tri Wahyuni Zuhri : Pendaftaran Kelas online Blog Untuk Pemula
Sri Rahayu : Pendaftaran Kelas Online Menulis

Bagi yang mendaftar, silahkan inbox :
Nama :
Nama Facebook :
Asal :
HP/ Telpon :
Kelas yang ingin diikuti : 

Demi keefektifan belajar kelas online, kami akan membatasi qouta pendaftaran peserta . Jadi segera mendaftar, bagi yag ingin ikut kelas online.

Salam Hangat

Tri Wahyuni Zuhri & Sri Rahayu

Bertemu Kembali Setelah 20 Tahun, Kebersamaan Itu Tetap Indah

5:59 AM 8 Comments A+ a-


Sekitar dua minggu lalu, tiba-tiba saya di invite untuk masuk group whatsapp Eks 2.3 Smansa Angk 98.  Sempat kaget sekaligus senang juga, karena group ini merupakan group alumni waktu saya kelas 2 SMA dulu . 

Nah, sedikit di perjelas lagi, kami juga merupakan bagian dari alumni SMA Negeri 1 Samarinda atau yang jaman kami dulu di sebut Smansa heheheh.   Dan bahagianya lagi, Smansa dari jaman dulu sampai kami jadi siswa, dan bahkan sampai sekarang, selalu menjadi sekolah SMA Favorit di Samarinda dan bahkan di Kaltim lho. Cie cie cie... 

Jadi tidak salahlah, bila akhirnya euforia kabar reuni kelas 2-3 ini menjadi booming selama 2 minggu lebih di group whatsapp. Apalagi sebelumnya, seminggu sebelumnya, sudah ada reuni akbar seluruh angkatan Smansa. Bertambah ramailah kami membicarakan di group hahahaha..

Walaupun saya ada tidak memungkinkan untuk hadir, tetapi bukan berarti tidak turut meramaikan berbagai chat di group hahahah. Begitu juga teman teman yang ada di luar daerah kaya Pungki (mantan ketua kelas yang dulunya kalem hahahah), Tasya, Evi , dll yang heboh jua di group walaupun kemungkinan besar kada kawa datang . Hihihi...

Selama hampir 2 minggu itu, hape saya tidak pernah berhenti berbunyi. Apalagi pang gegera kehebohan bubuhan 2-3 hahahah. Dari kesah cinta lokal yang masih malu malu, cinta lokal kada bebalas (hahahahaha),  ngomongin guru guru yang keren keren, sampai ada pula ngomongin contekan wkwkwkw.

Semua seakan di buka habis tuntas ala infotaiment silet.  Saya tuh sampai ketawa ngakak sendiri mengingat semuanya. Berasa rasa sakit dan kram kram turut lenyap lebur bersama isi pembicaraan di group (makasih yaaa teman teman).

Kisah ini pun berlanjut dengan janjian reunian kopdar yang Rumah makan Pak Ndut. Bagi warga Samarinda, pasti sudah tahulah rumah makan Pak Ndut ini hihihi. Hingga beredarlah undangan sebagai berikut :

Acara temu kangen kelas 2.3 SMU 1
Pukul :  12.00 wita
Tanggal: 22 oktober 2016
Lokasi: Bebek Pak Ndut AWS
Tema: pajak n tax amnesty
Narasumber: eko dimas kanjeng taat pajak
Donatur: cecep raja minyak dr talang sari
MC: ratna ifa fazriah

(BTW, harap tidak menghiraukam tema reuni diatas : pajak n  tax amnesty. Hahahaha. Karena itu murni sebagai penghiburan semata )

Dan, beruntung sekali, kami warga kelas 2-3 memiliki seorang warga yang baik hati dan berhati mulia. Warga itu bernama kang Jefry atau kami memanggil kesayangannya dengan Cecep. 

Ceceplah dengan berjiwa penuh kasih dan dermawan menjamu kami semua sekaligus mentraktir makan siang di Pak Ndut.   Bahkan saya ngga bisa datang pun, mendapat paket khusus pak Ndut yang di antar ke rumah. (Makasih spesial untuk Cecep dan keluarga ya). Juga dapat Makanan Spesial berupa Sambal Goreng Hati dan Ikan Pari Santan dari Heni yang juga pemilik Warung Magelang (makasih spesial buat Heni dan keluarga).

Pertemuan Itu Mengharukan

Setelah teman-teman alumni kelas 2.3 menghabiskan waktu bercengkarama di Pak Ndut, mereka melanjutkan untuk menjenguk saya. Nah, berhubung saya tahu mereka akan datang, maka segera saya menyiapkan diri meminum obat anti nyeri heheheh. Kan ngga lucu rasanya, kalau menerima teman teman sambil muka melas menahan sakit dan kram nggak jelas wkwkwk.

Kehadiran mereka dengan jumlah belasan orang itu ternyata mampu  membuat saya terharu dan bahkan menangis. Padahal sebelumnya, saya berjanji untuk tidak menangis kalau mereka datang. Tapi ternyata.... tangis itu tidak bisa terbendung.
Ada Ari, Zainal, Eko, Tia, Ratna, Srie, Fida, Christine, Kartika, Heni, Junita, Tien, Yanti dan Herlina. Cecep tidak bisa turut menemani karena ada urusan keluarga. Namun tetap ada titipan bebek pak Ndut buat saya heheheh.

Pertemuan yang di awali dengan rasa haru dan tangis itu berubah dari kehebohan luar biasa. Kami saling bercerita mengenai kenangan suka dan duka jaman sekolah dulu.  Walaupun 20 tahun telah berlalu, kebersamaan itu tetap indah.

Saking banyak cerita nostalgia yang saling berbagi, saya sampai bisa tertawa ngakak tanpa henti hahahaha. Ya Allah, lama sudah rasanya saya sudah tidak tertawa lepas seperti itu. Rupanya Allah tahu dengan berbagai hal dalam hidup saya. Hingga akhirnya mempertemukan dengan teman-teman lagi dalam hari yang penuh kegembiraan dan tawa. Saya sampai lupa kalau saya pasien kanker stadium akhir hahahaha.

Dan puncak acara... ketika kami saling berfoto beramai - ramai dengan berbagai pose heboh. Lagi-lagi saya sampai menahan haru campur bahagai saat itu. Apalagi pada saat bersamaan, teman teman turut berdoa bersama untuk saya.

Ya Allah... sungguh tidak dapat saya bendung kembali air mata ini. Benar-benar penuh rasa haru, bahagia, sedih dan semua rasa bercampur menjadi satu.

Satu hal yang saya akan selalu ingat sampai kelak saya berpulang. Saya bersyukur di berikan kesempatan oleh Allah mengenal teman teman alumni 2-3 semua. Dan saya bersyukur masih bisa di beri waktu untuk kembali bertemu untuk saling silaturahmi dan berbagi kebahagiaan serta tawa.

Terima kasih teman-teman...
Semoga Allah membalas semua kebaikan teman-teman semua...

Mengatasi Ketergantungan Obat

11:00 PM 11 Comments A+ a-




Kali ini saya akan bercerita mengenai pengalaman saya mengatasi ketergantungan obat. Eits, jangan berfikir aneh-aneh dulu ya mengenai ketergantungan obat ini.  Obat yang saya maksud,  bukan obat-obatan yang di gunakan bebas dan di konsumsi secara ilegal ya. Obat ini merupakan obat khusus yang di gunakan dalam medis dan memerlukan resep dari dokter untuk mendapatkannya. Obat tersebut bernama Durogesic Patch.

Saya sebenarnya cukup familiar dengan Durogesic Patch dalam perjalanan pengobatan kanker saya.  Di tahun 2013, saya sempat menggunakan Durogesic Patch pada saat mengalami rasa nyeri hebat yang luar biasa karena kanker yang bermetastasis atau menyebar ke tulang. Namun, seiring berjalannya pengobatan yang saya lakukan, akhirnya saya cukup mengkonsumsi obat minum anti nyeri saja, dan tidak lagi mengkonsumsi obat Durogesic Patch. 

Namun, di pertengahan tahun 2015 kemarin, kanker saya kembali bermetastasis ke tulang belakang, yang mengakibatkan saya tidak bisa beraktifitas serta rasa nyeri yang luar biasa.  Saat itu, obat minum penahan nyeri yang biasa saya minum, ternyata tidak mempan mengatasi nyeri.  Saya juga mengalami kesulitan beristirahat dan tidur, di karenakan nyeri hebat.   Dokter Onkologi pun akhirnya memutuskan untuk memberikan saya obat Durogesic Patch ini.  Dan memang, setelah menggunakan obat ini, rasa nyeri pun jauh berkurang, dan saya bisa sedikit banyak merasakan waktu beristirahat untuk tidur.

Berbicara mengenai obat Durogesic Pathc, obat berbentuk seperti plester kecil bening yang cara penggunaannya di tempelkan di bagian yang tidak banyak gerak.  Saya sendiri menggunakannya, dengan menempelkan di dada.  Obat ini mengandung fentanyl yang merupakan jenis obat opiat yang berfungsi sebagai pereda rasa sakit kuat. Biasanya, obat-obat yang mengandung fentanyl memang di resepkan khusus oleh dokter untuk meredakan rasa sakit yang kronis, salah satunya untuk pengobatan kanker.  Jadi jangan coba-coba membeli obat ini tanpa resep ya heheheh.  

Untuk dosis durogesic patch sendiri, ada 12,5 mg, 25 mg, hingga 50 mg.  Dokterlah yang biasanya menentukan dosis yang tepat untuk pasien.  Biasa di lihat dari jenis penyakit dan responnya pada tubuh pasien.  Saya sendiri menggunakan dengan dosis 12,5 mg. Dimana setiap pemakaian 1 buah durogesic, bisa di gunakan selama 3 hari.

Setelah saya menjalani pengobatan kanker yang berupa radioterapi eksternal atau sering di sebut radiasi sinar selama 20 x, alhamdulillah rasa nyeri atau sakit yang berasal dari metastase tulang belakang telah jauh berkurang.

Pengalaman radiasi sinar, bisa di Baca :

Setelah rasa nyeri dan rasa sakit jauh berkurang karena radiasi sinar, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya.  Namun, yang menjadi masalah bagaimana mengatasi ketergantungan saya pada obat Durogesic Patch ini.  Pengunaan durogesic patch dalam kondisi saat itu, ternyata tidak terlalu saya butuhkan lagi.  Apalagi untuk mengatasi rasa nyeri atau sakit yang ada, cukup dengan mengkonsumsi obat minum obat nyeri yang biasa saya konsumsi.

Tentu saja kejadian ini menjadi kejutan bagi saya. Rupanya saya sedemikian ketergantungan dengan obat durogesic, hingga tidak bisa berpaling atau tidak niat untuk melepaskannya dalam hidup saya :(    Saya benar-benar tidak terima bahkan takut untuk melepas penggunaan durogesic dalam hidup saya.  Padahal seandainya bila tidak mengunakannya juga tidak masalah.

Setelah berkonsultasi (lebih tepatnya curhat hahah) dengan dokter radioterapi, akhirnya bisa di tebak kalau saya memang mengalami ketergantungan obat durogesic ini. Saya juga mencoba berkonsultasi dengan beberapa teman yang menangani kasus-kasus seperti saya, dan mereka pun mengatakan hal yang sama.

Ternyata, melepas ketergantungan obat itu memang tidak mudah, namun tidak mustahil bila ingin terus mencobanya.  Untuk mengatasi hal ini, tidak bisa langsung serta merta di lepaskan begitu saja. Tetapi biasanya dalam pengawasan dokter serta di lakukan dengan cara bertahap.

Pada kasus saya sendiri, dokter mencoba mengatur bagaimana penggunaan durogesic di lakukan secara bertahap.  Pertama-tama, dokter meminta saya mengurangi dosis dengan cara membagi dua plester durogesic patch. Awal saya menolak dan ragu, bahkan galau habis (hihihi).  Saya benar-benar kuatir nanti durogesic patch ini tidak mempan lagi bila hanya di gunakan separuh.  Namun dokter terus menyakinkan dan menyemangati saya, kalau itu tidak akan berpegaruh banyak.  Karena toh rasa nyeri sudah jauh berkurang dari pengobatan radiasi sinar sebelumnya.

Dan saya pun akhirnya mencoba menguatkan diri sekaligus mensugesti diri, bahwa hal itu tidak masalah. Tetapi, tetap saja rasa ragu dan kuatir itu bermunculan di kepala.  Yang saya kuatirkan, saya tidak mungkin bisa tidur tanpa adanya durogesic patch yang menempel dengan  utuh, bukan separuh.  Tapi lagi-lagi dokter mencoba menyakinkan saya, kalau saya bisa terus menjalaninya. 

Walaupun saya sempat berperang dengan diri sendiri, dan juga merasakan naik turun perasaan moody dalam diri.  Upaya mengatasi ketergantungan itu berlangsung selama sebulan lebih lamanya. Dari mulai mengurangi dosis obat, mensugesti diri sendiri, hingga berusaha mengatasi bad mood atau rasa mood yang ada dalam diri.  Pokoknya semua penuh dengan perjuangan dan air mata ahhaha.  

Beruntung saya di dukung oleh dokter, keluarga, dan para sahabat yang membantu saya mengatasi ketergantungan tersebut.  Bila rasa tidak tahan untuk segera menggunakan rasa durogesic patch itu kembali muncul, biasa mereka sudah dengan sabar mengingatkan dan mengalihkan pikiran saya.  Dan godaan terbesar adalah malam hari, di mana rasa keinginan hebat itu muncul kembali. Hehehehe.. Tapi syukurlah, saya bisa melewati masa-masa sulit untuk move on dari durogesic patch hehehe.

Berdasarkan pengalaman saya tersebut, maka saya akan sedikit berbagi tips bagi teman-teman yang ingin mengatasi ketergantungan pada obat, yaitu :

1. Berkonsultasi dengan Dokter
Ada baiknya, sebelum memutuskan mengatasi ketergantungan obat, kita berkonsultasi dengan dokter yang merawat kita.  Beliau nantinya akan menjelaskan apakah memang masih perlu atau tidak obat tersebut di konsumsi kembali. Sebaiknya jangan menambahkan atau mengurangi dosis obat tanpa ijin dari dokter.  Apalagi pada obat golongan fentanyl seperti durogesic patch.

2. Sebaiknya hindari untuk langsung tidak menggunakan obat tersebut sama sekali.  
Hal ini di kuatirkan akan terjadi efek kaget pada diri sendiri.  Jadi bisa di lakukan secara bertahap, misalnya dengan mengurangi dosis bertahap selama beberapa waktu.  Tentunya ini sesuai dengan rekomendasi dokter.  

3. Yakinkan dan motivasi diri serta mensugesti diri sendiri
Saya akui, memang tidak mudah mengatasi ketergantungan obat.  Tetapi semua tergantung pada keinginan kuat dalam diri kita sendiri. Kita harus meyakinkan diri, motivasi diri dan mensugesti diri sendiri, kalau kita bisa menjalani proses ini semua

4. Jangan Ragu untuk berkonsutasi dengan Dokter
Seandainya memang masih kesulitan untuk mengatasi ketergantungan obat ini, maka jangan segan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter.  Biasanya dokter akan dapat terus membantu memantau perkembangan kita.  

5. Jangan Ragu untuk curhat
Mengatasi ketergantungan obat memang bukan perkara yang mudah.  Terkadang kita tidak bisa menghadapinya sendirinya.  Tidak ada salahnya bila kita memerlukan tempat untuk curhat atau meminta bantuan dukungan orang lain. Bisa dengan pasangan kita, keluarga, sahabat, atau bahkan dengan ahlinya.

6. Alihkan pikiran atau sibukkan diri
Saat-saat seperti ini, memang terlalu banyak godaan besar untuk mengkonsumsi kembali obat tersebut, seperti yang pernah saya alami.  Bahkan kita merasa tidak percaya diri dan tidak yakin kalau kita memiliki kemampuan mengatasinya.  Cara yang bisa di lakukan yaitu dengan mengalihkan pikiran kita dengan melakukan hal-hal lain.  Misalnya saja dengan melakukan hobbi, menyibukkan diri sendiri dengan kegiatan lain, berkumpul dengan orang-orang atau komunitas positif dan bermanfaat, dan lain sebagainya.

7. Mendekatkan diri Kepada Allah
Cara paling manjur dan paling utama untuk mengatasi ketergantungan adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah.  Dengan berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah agar bisa mengatasi ketergantungan ini.  Karena Allah pulalah sebaik-baiknya penolong dan penguasa dalam hidup kita.


Demikian cerita pengalaman saya serta tips mengatasi ketergantungan obat . semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman ya.

Mengupas Buku Perjumpaan di Candi Prambanan

10:37 AM 10 Comments A+ a-


Judul Buku : Perjumpaan di Candi Prambanan
Penulis : Sunaryo Broto
Penerbit : Funread Indonesia
Tebal : 158 Halaman
Tahun : 2016

Buku Kumpulan Cerita Pendek Perjumpaan di Candi Prambanan,  merupakan salah satu buku yang di tulis oleh Sunaryo Broto, cerpenis sekaligus sastrawan Kaltim.  Buku ini berisi 16 cerita pendek yang berkisah tentang perjalanan manusia, cinta dan kebudayaan.

Ada banyak hal menarik yang bisa di cermati dari cerpen-cerpen Sunaryo Broto. Penulis tidak hanya berhasil memberikan eksploritasi tema dan bahasa yang di gunakan dalam setiap tulisannya.

Penulis juga begitu kuat memberikan deskripsi settingan latar belakang  tempat pada setiap ceritanya.  Sehingga seolah-olah mengajak pembaca turut mendeskripsikan apa yang penulis gambarkan.

Sebagian besar cerpen-cerpen Sunaryo memang berkisah dengan latar belakang perjalanannya di suatu daerah bahkan hingga ke luar negeri.  Hal ini tergambar pula dari judul-judul cerita pendek yang ada dalam buku ini, misalnya Perjumpaan di Candi Prambanan, Pesan Rindu dari Kathmandu, Aku Akan Kembali ke Sangalaki, Dialog di Rumah Bung Hatta,  Suatu Saat di Anaheim.

Dalam cerpen Perjumpaan di Candi Prambanan yang juga menjadi Judul  buku ini, mengisahkan  perjumpaan kembali tokoh "aku" dan Gita. Perpisahan puluhan tahun, terbentang jarak dan waktu antar keduanya yang pernah menjalin romatisme di masa kuliah. Mereka akhirnya kembali bertemu di Candi Prambanan. Sebuah kisah yang mengharu biru dan seakan menyentil sisi roman para pembaca buku ini.

Cerita Pesan Rindu dari Kathamandu berkisah mengenai pertemuan tokoh "aku" dengan Kristina di Kathamdu, Nepal. Pembaca pun di bawa Sunaryo untuk menyelusuri perjalanan Kathamandu. 

Tampak jelas kepiawaian Sunaryo Broto mendeskripsikan setting latar belakang Kathamandu, yang membawa pembaca bisa turut merasakan apa yang di alami tokoh "aku".  Penulis juga menyelipkan makna nasionalisme dalam cerita ini, dimana Kristina yang tetap merasa hati jiwanya sebagai orang Indonesia, walau tinggal di negara lain.

Sunaryo Broto juga menyiratkan kritik sosial secara halus serta berbagai hikmah yang di gambarkan  dalam beberapa cerita pendeknya. Antara lain Cerita Sendu dari Marangkayu, Puisi Guru dan Sekolah Laut, Telah Kususuri Jalan Ini Lebih dari Seribu Kali.

Cerpen Cerita Sendu dari Marangkayu bercerita mengenai perjalanan tokoh melewati Marangkayu. Sepanjang perjalanan, ia berjumpa dan memberi tumpangan pada beberapa anak sekolah yang hendak berangkat sekolah.  Mereka harus  bersusah payah menempuh perjalanan jauh berjalan kaki atau menumpang pada kendaraan yang lewat, hanya untuk mencapai sekolah.

Dalam cerita  ini  cukup menyentil kondisi pendidikan saat ini. Ternyata masih banyak tantangan dalam pendidikan di Indonesia. Tidak semua masyarakat dapat begitu mudah mendapati akses dan fasilitas pendidikan. Sebagian mereka masih memerlukan akses pendidikan mudah dan biaya pendidikan yang bisa di jangkau. 

Cerita lain  dalam  buku ini yaitu Puisi Guru dan Sekolah Laut, cukup mewakili realitas pendidikan yang bisa di temukan di daerah daerah terpencil. Berkisah mengenai perjalanan mengajar seorang guru yang di tempatkan di sebuah sekolah di pulau pemukiman nelayan.

Ada beberapa kendala yang ia temukan selama mengajar di sana.  Kesadaran masyarakat untuk menggapai pendidikan dengan bersekolah belum begitu maksimal. Meskipun sudah di bangun sekolah, namun masih banyak murid yang tidak menyadari pentingnya pendidikan.  Walau begitu, masih ada murid  yang rajin belajar dan mempunyai cita-cita.  Hal ini pula yang membuat sang guru tetap optimis dan semangat untuk terus mengajar.

Cerpen-cerpen di buku Perjumpaan di Candi Prambanan karya Sunaryo Broto ini memang layak di baca oleh siapa saja. Pembaca dapat menemukan banyak hikmah cerita dan kisah menghibur sekaligus mengharu biru dalam cerita-cerita yang di suguhkan penulis.

Note :
Resensi ini di muat di Tribun Kaltim

Ketika Survivor Kanker Curhat tentang Kematian

4:55 PM 18 Comments A+ a-


Sebuah chatt baru dari salah satu goup WA terbaca oleh dari HP saya.

Innalillahi wa innalillahi rojiun. Telah meninggal dunia sahabat kita . Semoga amal ibadah almarhum di terima di sisi Allah, dan keluarga yang di tinggalkan di berikan kekuatan dan kesabaran. Amin.

Jleb..
Serasa saya langsung lemes dan sedih membaca WA tersebut. Sungguh saya tidak menyangka, salah seorang sahabat survivor kembali berpulang ke hadirat Allah. 

Dan saya rasa, bukan saya saja yang merasakannya. Teman-teman yang mengenal almarhum, pasti akan merasakan hal yang sama.  Saya pun segera memanjatkan doa untuk almarhum. Saya masih bisa merasakan bagaimana kebaikan hati dan keramahan almarhum kepada saya. Semoga Allah memberikan tempat terindah untuk almarhum.

Tentang Kematian

Jujur...
Saat pertama kali menerima vonis kanker tiroid stadium akhir di awal tahun 2013, saya langsung berfikir kematian saya semakin dekat.  Saya jadi seperti  meramalkan hidup saya yang tidak lama.  Kalau diingat masa-masa itu, sepertinya saya begitu naif menanggap bisa memprediksi umur saya sendiri. 

Padahal, dalam kehidupan manusia, hanya Allah  semata yang memiliki rahasia mengenai kematian seseorang.  Tugas kita sebagai manusia hanya menjalankan hidup sebaik-baiknya  di dunia ini dan lebih memperkuat keimanan kita. 

Saya jadi ingat perbincangan saya dengan dokter onkologi. Beliau sudah menangani saya sejak awal saya tervonis kanker stadium akhir sekitar 4 tahun yang lalu. Saya sempat bertanya pada beliau, berapa lama waktu bertahan saya dengan kondisi kanker yang sudah menyebar ke tulang belakang dan paru seperti ini.  Saya pun curhat dengan beliau, mengenai berpulangnya teman-teman survivor .

Dokter onkologi saya dengan tegas menjawab, bahwa masalah hidup dan mati itu urusan Allah. Sebagai manusia,  kita tidak berhak menentukan hidup dan mati kita. Serahkan semua kepada Allah, terus beribadah dan berdoa.  Yang terpenting, terus berusaha dan berobat. Kematian itu bisa menjemput siapa saja kalau memang sudah di gariskan. Bahkan orang sehat sekalipun, apabila memang waktunya sudah tiba, maka tiada satu pun yang dapat mencegahnya.

Berbagai jawaban dari dokter onkologi juga di pertegas dari berbagai teman seperjuangan maupun teman yang lebih mengerti agama dari pada saya. Allah sudah mengatur umur seseorang hambaNya.
Hai ini pula di pertegas di dalam Al Quran, bahwa kematian telah ditentukan waktunya oleh Allah, tidak dapat ditunda atau dipercepat

(وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)
[Surat Al-Munafiqun 11]
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Jadi sebaiknya kita tetap terus menjalani kehidupan ini sebaik-baiknya, dan tetap mempersiapkan diri bila ajal menjemput. Karena toh bagaimana pun juga, setiap manusia akan berpulang kepada Allah. Hanya saja, kita tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana ketika kita akan berpulang.

Tulisan ini memang terlihat lebih serius dari pada tulisan-tulisan saya sebelumnya. Tulisan ini memang sengaja saya buat untuk lebih menguatkan diri saya maupun teman-teman survivor kanker lainnya. Bahwa kehidupan ini sudah ada Allah yang mengaturnya, termasuk mengenai umur kita. Tugas kita sebagai manusia adalah terus menjalani hidup sebaik-baiknya dan beribadah kepada Allah.

Janganlah langsung berfikir, dengan vonis kanker adalah akhir dunia. Atau berfikir Vonis kanker berarti kematian akan semakin dekat kita.  Sebaiknya janganlah berfikir seperti itu. Karena bagaimama pun juga, Allahlah yang menentukan berapa lama kita akan bertahan dalam hidup ini. 

Namun, tetap juga kita sebagai manusia, jangan terlena dengan kehidupan ini. Kita harus benar -benar menjalani kehidupan ini sebaik-baiknya dan lebih mendekatkan diri pada Allah. Kita juga tetap harus terus berikhtiar dan berusaha untuk berobat.

 Jangan hanya pasrah menunggu waktu. Sehingga, bila waktu ajal itu datang menjemput, kita sudah sudah bisa menyiapkan diri sebaik-baiknya
Saya juga kerap berbincang dengan teman-teman survivor. Memang pada awalnya, menerima vonis kanker itu tidaklah mudah. Bahkan bisa membuat kage, syok, marah, sedih dan bahkan langsung memikirkan ini sebagai tanda kematian.

Memang biasanya di awal-awal vonis kanker, terjadi pergolakan yang luar biasa dalam hati kita. Namun seiringnya waktu, semua akan bisa kita jalani dan hadapi dengan lebih tenang.

Kita juga tidak boleh berputus asa dan berikhtiar dalam berusaha pengobatan. Ada banyak cerita yang saya tahu, bagaimana perjuangan seorang survivor kanker yang berujung manis dengan kesembuhan atau kankernya di nyatakan sudah bersih.

Saya percaya, selain kesembuhan itu merupakan mukjizat dan rahmat dari Allah, hal itu juga karena survivor tersebut terus berikhtiar dan berusaha untuk mencapai kesembuhannya.  Karena itu, sudah sepatutnya kita harus terus berusaha dan ikhtiar untuk menjalani semua ini. Terutama tetap terus meminta dan memohon kepada Allah untuk di berikan yang terbaik dalam menjalani pengobatan ini.

Dan saya juga yakin dan percaya, bahwa Allah memberikan sakit ini pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Allah merupakan pengatur skenario terbaik di dunia ini. Tidak ada seseorang manusia pun yang bisa mengetahui maksud dan tujuan dari Allah.

Namun begitu, kita terus harus menjaga prasangka baik kepada tujuan Allah memberikan sakit itu.  Rasa Sakit yang di jalankan dengan iklas dan sabar, tidak hanya lebih mendekatkan diri kita kepada Allah. Tetapi juga bisa membuat kita mengingat  Allah dan bertaubat dengan waktu yang ada.

Bahkan ada sebagian dari teman teman survivor yang menganggap kanker ini sebagai warning atau lesempatan hidup kedua, dimana ia menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Lebih banyak melakukan hal-hal positif, mendekatkan diri dengan keluarga, dan bahkan menyiapkan  mental  dan hal-hal lainnya bagi keluarganya bila kelak ia akan berpulang.