Rubrik Buah Hati Republika : Belajar Menjadi Mahasiwa Cilik

5:30 PM 4 Comments A+ a-


sumber : website Republika

Alhamdulillah, tulisan saya untuk Rubrik Buah Hati di halaman Leisure Republika akhirnya terbit juga.  Tulisan ini lumayan cepat proses terbitnya.  Saya mengirimkan tulisan ini via email tanggal 28 Agustus 2014.  Tepat tanggal 9 September 2014, tulisan ini sudah di muat di Koran Republika.

Sayangnya, saya sendiri tidak tahu kalau tulisan ini sudah pernah di muat  :'(  Saya mengetahui saat iseng search di google.  Tapi tidak apalah, untungnya ada versi di website nya. Jadi bisa buat di crop dan di jadikan kenang-kenangan hehehhe..

Oh ya, saya mengirimkan tulisan ini ke Republika juga dapat informasi dari blog teman-teman yang pernah tembus ke koran ini.  Salah satunya blog mba Ika koentjoro.   Mba Ika pernah menuliskan syarat - syarat mengirimkan tulisan rubrik buah hati ke Republika berserta contoh tulisannya yang sudah di muat. Makasih ya mba :)

Berikut ini syarat-syaratnya :
1. Tulisan sejumlah 2.500 karakter
2. email ke : leisure@rol.republika.co.id
3. Lampirkan pula data diri dan nomor rekening
4. Jangan lupa pula foto-foto keren bersama buah hati.


Nah, berikut ini tulisan asli yang saya kirimkan ke Republika sebelum mengalami proses editing dari editornya :)


------------------------------


Belajar Menjadi Entrepeneur Cilik 



Raisyah dan dagangannya :)




Sebenarnya saya bukan seorang ibu yang suka memaksakan keinginan kepada anak. Bagi saya, di usia seperti Arya (10 tahun) dan Raisyah (6 tahun), adalah masa-masa mereka menikmati masa kecil mereka. Saya memberikan kebebasan mereka untuk belajar, eksplorasi hobbi, serta memberikan kesempatan mereka untuk mengeluarkan pendapat di keluarga. 


Tentu saja, saya tetap mengarahkan dan memberikan nasehat kepada mereka. Saya berusaha mengajarkan makna bertanggung jawab, mandiri, serta rasa sopan santun sejak dini. Semua saya lakukan memang di sesuaikan dengan usia mereka. Arya dan Raisyah pun mengerti dengan nilai nilai yang saya ajarkan. Biasanya kalau mereka ingin mengemukakan ide atau pendapat, mereka selalu mengajak saya untuk bertukar pikiran. 


 Salah satu ide mereka, membuat dagangan makanan ringan di depan garasi rumah. Rupanya Arya dan Raisyah terinpirasi ingin menjadi entrepreneur cilik. Mereka melihat teman-teman bermain mereka yang bisa menjadi calon pembeli nantinya. Awalnya saya sempat ragu memberikan ijin kepada mereka untuk mewujudkan keinginan menjadi entrepreneur cilik. Saya kuatir mereka nanti kesulitan membagi waktu antara belajar dan akitifas lainnya. Tetapi rupanya mereka berjanji akan tetap bisa mengatur waktu mereka sendiri. 


 Melihat kesungguhan mereka, akhirnya saya pun memberikan kesempatan mereka untuk berdagang kecil- kecilan. Dengan inisiatif sendiri, mereka mengambil meja kecil dan diletakkan di depan garasi. Aneka makanan ringan lalu di susun dengan rapi di atas meja. Untuk awal, saya sengaja meminta mereka membatasi jenis barang yang jual. Saya ingin mereka belajar dari hal-hal kecil terlebih dahulu. 


 "Ayo silahkan, dipilih dulu mau beli yang mana,"kata Raisyah ramah seraya melayani pembeli yang merupakan teman sepermainannya.
 "Aku beli coklat dan minumannya, ya,"kata si teman sembari menunjuk coklat dan minumannya. 


Raisyah lalu menyebutkan total harga sembari menyerahkan belanjaan sang teman.  Yup, transaksi jual beli pun terjadi. Raisyah telah belajar bagaimana melayani pembeli dan dunia entrepreneur cilik. Namun, bukan berarti menjadi entrepreneur tanpa kendala. 


Salah satunya bila kedua entrepreneur ini ingin menikmati makanan dagangannya. Sempat terjadi dialog alot antara keduanya. Dimana sang adik merasa berhak mengambil makanan yang dijual tanpa perlu membayar. Berbeda dengan kakaknya yang berpendapat tetap harus membeli, karena nanti tidak ada keuntungan dari penjualan. 


 "Bisa rugi kita kalau barang dagangan di makan sendiri,"kata Arya seraya memprotes keinginan sang adik. 

Tentu saja kejadian ini bila dibiarkan berlarut larut akan berpengaruh pada aktifitas mereka. Akhirnya saya terpaksa turut memberikan pendapat. Apabila ada salah satu dari mereka ingin mengambil makanan dagangan, harus dilakukan pencatatan dan diketahui bersama. Tidak boleh asal mengambilnya. Karena nanti akan dipotong dari hasil keuntungan yang ada. mereka pun setuju dengan usul saya. 


Banyak Hal-hal yang menarik dari kegiatan entrepreneurship mereka berdua. Yang paling terpenting, dari aktifitas ini, mereka belajar mandiri, bekerjasama dan tentu saja bertanggung jawab. Semoga kelak keduanya bisa menjadi entrepreneur yang sukses. Amin



4 komentar

Write komentar
3:35 AM delete

selamat ya mbak Tri atas kesuksesannya nembus media.

Reply
avatar
2:30 AM delete

Terima kasih ya mba Christanty :)

Reply
avatar
Yuni Handono
AUTHOR
4:13 PM delete

Selamat mbak tulisannya dimuat di media, pengen nyoba ikutan ah...

Reply
avatar
Yuni Handono
AUTHOR
4:13 PM delete

Selamat mbak tulisannya dimuat di media, pengen nyoba ikutan ah...

Reply
avatar