Ketika Harus MRI Lagi
Bulan Juni ini menjadi bulan yang penuh perasaan deg-degan bagi saya. Sebab bagaimana tidak, saya harus menjalani lagi pemeriksaan MRI yang ke tiga kalinya.
Pada pemeriksaan kali ini, dokter onkologi saya meminta pemeriksaan MRI tulang belakang, leher dan thorax. Untuk pemeriksaan MRI tulang belakang, memang harus dilakukan di karenakan kanker sudah menyebar di tulang belakang.
Apalagi belakangan ini muncul lagi benjolan di area tulang belakang yang teraba dari luar tubuh. MRI bagian leher untuk melihat sejauh mana perkembangan keadaan kanker tiroid di daerah tersebut. Saya sih berharap kalau daerah leher itu udah bersih heheheh.. Amin amin.
Nah, sedangkan MRI thorax untuk melihat sejauh mana perkembangan metastase atau penyebaran kanker di paru-paru. Terakhir sih, saya sempat rontagen thorax bulan Januari kemarin, sewaktu mau operasi tiroid yang ke 5. Hasilnya? Memang ada beberapa titik penyebaran di paru-paru.
Terkadang saya mikir juga, kenapa ya pakai di borong semua penyakit ini heheheh. Belum lagi tiap hari berjibaku dengan rasa nyeri dan sakit. Benar-benar klop rasanya. Tapi saya biasanya buru-buru coba alihkan pikiran. Mudah-mudahan rasa sakit ini bisa menjadi penebus dosa-dosa saya sebelumnya. Amin amin amin. Bantu mendoakan ya teman-teman :)
Perjuangan untuk Sampai ke RS
Berhubung belakangan ini kondisi saya kurang fit, terpaksa saya menggunakan jasa ambulan rumah sakit untuk membawa saya ke rumah sakit. Bila di hitung hitung, ini adalah kali ketiganya saya menggunakan jasa ambulan. Dua kali sebelumnya ketika saya mau kemoterapi tulang, dan sekarang ini ketika mau MRI.
Ada kejadian lucu saat pertama kali saat saya pertama kali naik ambulan dari rumah. Saat itu, tetangga sekitar rumah saya langsung keluar rumah untuk melihat kondisi saya. Mereka kaget saya sampai di bawa dengan ambulan ke rumah sakit. Saya sendiri bila ingat peristiwa itu, suka ketawa sendiri hihihi.
Nah, pengalaman berada di dalam mobil ambulan itu juga menimbulkan cerita sendiri lho. Seumur-umur berada di ambulan rumah sakit sebagai pasien itu, merupakan pengalaman luar biasa.
Untuk membawa tubuh saya masuk ke mobil ambulan saja, menggunakan tandu khusus yang berasal dari semacam besi. Hal ini membuat saya lebih nyaman ketika di tandu menuju mobil ambulan. Maklumlah, kondisi tulang belakang saya bermasalah, jadi diperlukan kehati-hatian mengangkut saya hihihi.
Beruntung juga saya selalu di temani oleh para perawat ambulan yang baik hati. Mereka merupakan perawat ambulan yang memang terlatih khusus untuk membawa pasien di ambulan. Dalam ambulan sendiri biasanya sudah tersedia perlengkapan medis standar, seperti oksigen dll.
Biasanya dalam perjalanan ambulan menuju rumah sakit, saya menghabiskan waktu sambil mengobrol dengan para perawat. Selain untuk menambah keakraban, hal ini juga efektif mengurangi rasa takut berada di mobil ambulan hahahah. Tahu aja kan, kadang ada saja cerit-cerita cukup membuat bulu kuduk merinding mengenai ambulan. Apalagi saya pernah menonton film horor yang terkait ambulan rumah sakit. Benar-benar bikin parno deh :)
Berada di dalam Alat MRI
Banyak teman yang menanyakan, bagaimana rasanya berada di dalam alat MRI. Rasanya ya cukup menegangkan saat awalnya. Mungkin hal ini karena baru pertama kalinya. Namun berhubung karena ini merupakan pengalaman saya yang ketiga kalinya, jadi saya anggap biasa saja.
Sebelum di lakukan pemeriksaan MRI, biasanya dari pihak MRI meminta surat pengantar dari dokter yang merujuk. Setelah itu, kita disuruh mengisi lembar formulir khusus yang mereka sediakan. Ada banyak pertanyaan yang perlu kita jawab, biasanya seputar catatan medis kita. Setelah persyaratan administrasi selesai, barulah kita bisa melakukan MRI.
Oh ya, biasanya kita juga mengenakan baju khusus pasien MRI yang mereka siapkan. Selain itu juga, tidak boleh ada benda satu pun yang ada di tubuh kita, misalnya perhiasan, dll. Berhubung saya sudah kesekian kalinya MRI, saya mengenakan pakaian sendiri sesuai standar MRI. Maklumlah, saya agak ribet kalau disuruh ganti baju bolak balik dalam kondisi seperti ini.
Posisi tubuh pada saat di lakukan MRI harus tidur menghadap ke atas. Di usahakan agar seluruh tubuh tidak bergerak-gerak saat di lakukan pemeriksaan di dalam alat MRI. Lamanya waktu yang digunakan untuk MRI sekitar setengah jam.
Terkadang ada sedikit masalah saat berada di dalam alat MRI, yaitu bisa sedikit panik dan bising. Berada di dalam alat MRI dengan space ruang khusus, memang tidak begitu menyenangkan. Cara efektif untuk mengatasinya, cukup dengan berdoa dan sambil tutup mata hehhehe
Nah, untuk suara bising, memang saya akui suara alat MRI itu sangat bising sekali bila di jalankan. Biasanya sih kita di berikan penutup telinga khusus. Bahkan di beberapa rumah sakit terkenal, biasanya penutup telinga juga di beri musik untuk menyamankan pasien. Intinya, tetap tenang, jangan panik, dan terus berdoa heheh
Di temani Sahabat
Saya sungguh bahagia banget saat keluar ruang MRI . Ternyata Wiwi, sahabat saya, sudah menunggu di depan ruang tunggu MRI bersama anak saya. Rupanya Wiwi sudah menunggu sedari awal tadi saya masuk ruang MRI.
Memang sehari sebelumnya, saya sudah kontak Wiwi untuk meminta bantuan doa demi kelancaran proses MRI . Saya tidak menyangka kalau Wiwi memberikan kejutan menemui saya di rumah sakit. Sungguh kejutan yang membuat bahagia
Bagaimana hasil MRI?
Puncak dari proses MRI yang saya jalani yaitu terletak dari bagaimana hasil MRI tersebut. Jujur saja, pada bagian ini biasanya saya selalu penuh dengan perasaan tidak menentu.
Ibaratnya seperti menanti hasil nilai rapot ujian sekolah. Maka hal itu pula yang saya rasakan. Walaupun saya tahu kondisi saya tidak terlalu mengalami kemajuan signifikan. Tetapi setidaknya dengan hasil tersebut, saya bisa lebih memastikan bagaimana kondisi saya sesungguhny setelah melakukan berbagai pengobatan.
Berdasarkan hasil MRI ini juga, nantinya dokter onkologi akan bisa menentukan tindakan pengobatan selanjutnya. Semoga saja hasil MRI ini bisa cepat di dapatkan dan hasilnya juga tidak mengecewakan. Aminnn
Mohon doanya ya teman-teman.
38 komentar
Write komentarsemoga diberi kemudahan ya mbak, tetap semangat mbak :)
ReplySemoga lekas sembuh, Mbak... Syafakillah. Amin
ReplyPerjuangan yang luar biasa. Insya Allah dimudahkan oleh Allah segalanya, Mbak. Cepat fit, ya. Amin.
ReplySemoga segera diberi kesembuhan ya mbak, terima kasih sudah berbagi pengalaman dengan kami semua. :)
ReplySabar ya mba insyaallah dimudahkan..
ReplySemoga hasilnya baik-baik saja ya Mbak. Semangat terus ya Mbak. Ya, Allah, salut sama Mbak e, masih bisa menulis dan bercanda. Semoga Allah mengangkat penyakit Mbak yak. Aamiin.
ReplySemoga diberikan kemudahan dan diangkat penyakitnya. Aamiin.
ReplySemoga diberikan kemudahan dan diangkat penyakitnya. Aamiin.
ReplySyafakillah mb yuni, dan semoga dimudahkan Allah segalanya. . .
ReplySemangat sehat kembali ya mb
Kuat, Mbak Yuni. Aku menunggu pertemuan kita lagi :-)
ReplyKuat, Mbak Yuni. Aku menunggu pertemuan kita lagi :-)
ReplyAllahumma isyfiiki
Replybunda Yuni....
Alloh berikan kasih sayangnya,agar Bunda mendapat banyak kebaikan, pahala dan terhapus dosanya
Bunda menjadi pribadi yang dipenuhi rasa sabar juga tidak putus asa
semangat Bunda, salam sayang peluk dari jauh
Pas di mri rasanya gimana mbak?
ReplyBtw temenku ada yg disuruh kemo pake obat, padahal dia cuma mola di rahim. Hmm itu artinya gimana ya mbak?
Saya dulu juga kena tumor mbak. Dan tumor itu ada di kepala. Lalu cara ngecek pastinya itu lewat mri. Rasanya di mri tu yaa seperti di dalam gua. Tapi lebih deg2an bedahnya. Yang penting berdoa terus, positive thinking selalu. Smg diangkat tuntas penyakitnya sama Allaah. Aamiin
ReplyKunanti pertemuan kita, Mbak Yuni. Sehatlah selalu :-)
ReplyKunanti pertemuan kita, Mbak Yuni. Sehatlah selalu :-)
ReplySemoga Allah angkat segera sakitnya dengan kesembuhan ya Mba', Aamiin.. :)
ReplySyafakallah mbak Yuni,... yg sy kagum tulisan mbak sama sekali tidak menunjukkan kesedihan. Masih banyak haha hihi.. gak tau deh kalo saya di posisi mbak.. *peluk
ReplyTerima kasih ya mba Mariana. Insya allah akan selalu semangat, salah satunya berkat semangat mba juga
ReplyAmin amin.. terima kasih ya mba Yulia
ReplyTerima kasih ya mba untuk doanya. Amin amin
ReplyTerima kasih juga sudah berkenan membaca tulisan saya ya mba Riska
ReplyTerima kasih ya mba Yurmawita.
ReplyAmin amin amin untuk doanya. Terima kasih ya mba
ReplyTerima kasih ya mba Nur Rochma. Amin amin
ReplyKangen dengan umi. Semoga kita bisa bertemu secepatnya ya umi. Terima kasih ya umi
ReplyMba.. kangennnn..
ReplySemoga kita bisa secepatnya bertemu lagi
Terima kasih bunda untuk doa dan semangatnya. Peluk jauh dari saya
ReplyRasanya MRI itu deg degan mba hehehe..
ReplyOh, bisa jadi begitu mba. Tergantung dokternya juga. Bisa jadi ada pertimbangan dokter mengapa sampai pakai obat kemo untuk teman mba.
Iya mba, bener itu. MRI berasa dalam goa hehehe. Sekarang keadaan mba gimana? Semoga semakin sehat juga ya mba. Terima kasih sudah berbagi pengalaman juga
ReplyTeruma kasih untuk doanya ya mba
Peluk peluk peluk
ReplyAmin amin.. terima kasih mba Julia
ReplyTerima kasih ya mba. Peluk peluk peluk
ReplySemoga mbak cepet sembuh ya... mbak orangnya sangat kuat dan penuh semangat...
ReplyTidak ubahnya dengan perjuangan almarhum suami saya, saat menjalani radiasi berpuluh-puluh kali, 3x kemoterapi selama seminggu dalam 3 bulan, plus 6x kemoterapi satu hari, semuanya dilakukan sendirian, bahkan radiasinya dia jalani sambil bekerja, ada satu hal yang selalu saya ingat, bahwa perjuangan terus dilakukannya hingga sampai pada titik nadir, titik dimana tawakal bersarang di dalam hatinya dan dia mengakhirinya dengan indah
ReplyPerjuangan tanpa henti, hingga akhirnya metastasis ke liver, dan almarhum menutupnya dengan indah
Reply~ bintang langit - istri dari almarhum ~
Kanker memang bukan akhir dunia, kuncilah dengan tawakal, dan jikalau harus diakhiri, maka akhirilah dengan cantik.
Reply