Me Versus Korset
Sebenarnya saya bukan termasuk tipe perempuan yang sangat peduli dengan ukuran tubuh :p. bagi saya, yang penting saya merasa nyaman dan mengenakan baju yang tersedia di lemari masih muat dan pas. Suami saya pun tidak masalah dan tetap tersenyum apabila saya bertanya mengenai hal ini.“Gimana say, badanku tambah gendut ya?”tanya saya suatu ketika. Suami saya yang sedang sibuk menonton tivi, kemudian menoleh sebentar dan memandangi saya dari atas kepala hingga ke kaki.
“Hmm.. mama tetap cantik kok. Gendut apa kurus sama saja,”sahutnya, sambil meneruskan kembali tontonannya.
Hahahhaha … saya sebenarnya mengerti saja, suami tercinta selalu menyenangkan hati istrinya ini. Berarti saya tidak perlu memusingkan diri memikirkan bagaimana kondisi body saya. Maksudnya, apakah body saya termasuk ukuran big size, sehingga perlu bantuan sebuah korset untuk membantu merampingkannya.(apa hubungannya ya? Hehehe.. )
Ya, saya mengulas mengenai korset dalam tulisan kali ini. Setiap mengucapkan kata korset, terngiang dalam benak saya mengenai sebuah benda yang biasanya digunakan seorang perempuan untuk acara-acara tertentu, misalnya ke acara pernikahan. Tujuan supaya badan, khususnya bagian perut dan pinggung kelihatan lebih enak di pandang. Terutama bila pakaian yang di kenakan seperti kebaya. Tentu saja, dengan bantuan korset, bagian tubuh tersebut akan sesuai dengan bentuk kebaya yang biasanya memang sangat pas di badan . atau ada pula korset khusus untuk ibu sehabis melahirkan.
Saya sendiri masih menyimpan korset khusus jenis ini. Masih kebayang deh, abis melahirkan saya di ‘wajibkan’ oleh ibu saya untuk memakai korset ini. Kata ibu, biar perut saya kembali menyusut dan kecil lagi, karena sewaktu hamil kan kondisi perut jadi melebar hihih.. udah gitu, korset ini digunakan supaya kita tidak masuk angin. Begitu deh penjelasan ibu saya. :)
Belakangan, trend korset pun beralih menjadi lebih luas. Bukan hanya dipakai untuk acara-acara formal saja, tetapi sudah sering di pakai untuk kegiatan sehari-hari lho. Bahkan, belakangan sering muncul korset yang di gunakan untuk membantu pembentukan tubuh, khususnya perempuan. Ssstt.. harganya pun lumayan mahal , bahkan korset khusus itu di lengkapi alat untuk membantu mengurangi timbunan lemak di sekitar tubuh perempuan.
Nah, saya sebenarnya agak gimana begitu dengan namanya korset. Menggunakan korset selama beberapa waktu saja, rasanya sudah cukup tersiksa. Terasa ada yang menekan di bagian perut sampai pinggul. Saya pun merasa seperti menahan nafas bila memakai korset (terlalu dramatisir ya hihihih). Memakainya selama 40 hari saja setelah melahirkan, membuat saya harus kerepotan. Wah, saya tidak membayangkan bila harus memakai korset dalam keseharian saya . namun, semua berubah setahun belakangan ini.
Saya yang awalnya sangat tidak nyaman dengan memakai korset (catatan : terpaksa memakai korset), dengan kata lain saya versus korset tidak bersahabat . Belakangan, harus merubah segala presepsi tentang korset. Saya harus membuat diri senyaman mungkin dengan korset. Ya, saya harus membuka diri bersahabat dengan korset, karena saya harus ‘wajib’ memakainya dalam kehidupan sehari-hari saya.
Mengapa? Begini ceritanya… sejak di vonis kanker yang bermetasis ke tulang belakang, tentu saja hidup saya menjadi semakin berwarna. Hal ini termasuk harus merasakan rasa sakit di daerah tulang belakang hingga ke kaki. Menurut dokter, metasis tulang belakang pada seorang penderita kanker, tidak hanya membuat tulang belakang akan mengalami kerusakan seperti keropos . tetapi bisa menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Wah.. tidak bisa lagi saya ungkapkan betapa sakit rasanya. Ada nyeri, ngilu, pegel dan nyetrum-nyetrum deh..
Untuk mengurangi rasa sakit sekaligus mengurangi tingkat kerusakan pada tulang, tentu saja dokter langsung meminta saya menjalankan serangkaian pengobatan. Nah, selain pengobatan itu pula, dokter meminta saya menggenakan korset khusus lumba. Jenis korset lumbal ini memang berbeda dengan korset-korset pada umumnya.dari bahan dan bentuknya pun juga beda. Kita pun dapat mengatur sendiri bagaimana kekencangan korset ini saat digunakan.
contoh korset yang biasa saya pakai dengan merek terkenal |
Korset ini selain untuk menahan beban tubuh sekaligus membantu mengurangi rasa sakit yang saya alami. Ya.. bahasa kerennya, korset ini membantu menopang tubuh saya :) sebenarnya saya mau protes juga untuk tidak memakai korset ini. Tapi mau gimana lagi. Tanpa korset ini, saya tidak bisa lebih nyaman untuk beraktifitas. Istilahnya, tanpa korset, saya seperti tidak memakai baju hehhee.. itu saking pentingnya fungsi korset bagi saya.
Pengalaman bersama korset
Selama memakai korset, bukan tanpa masalah lho … berikut beberapa cerita yang saya dapatkan sejak memakai korset :
- Ketika tahu saya memakai korset, banyak temen mengira saya berubah jadi feminim. Maksud mereka, saya menjadi perempuan yang memperhatikan kondisi badan agar selalu langsing dengan memakai korset. Hehehe.. ini karena mereka tidak mengetahui alasan saya menggunakan korset. Nah, setelah saya beritahu alasaannya, mereka jadi mengerti deh. Bahkan beberapa dari mereka jadi simpatik sama saya. mereka nggak bisa membayangkan hari-hari saya yang harus bersahabat dengan korset
- Gara-gara korset, saya sering di kira orang hamil ! Lucu ya, masa sih kalo pakai korset di bilang orang hamil. Ya, mungkin karena sering menahan rasa sakit di pinggang, hingga saat mengenakan korset, tubuh saya pun butuh penyesuaian. Lebih sering berjalan seperti membawa beban berat di perut dan di pinggang. Hahaha.. jadi inilah dianggap seperti orang hamil.
- Nah.. ini dia salah satu pengalaman paling unik Yaitu saya kerap kali di periksa ulang saat harus memasuki ruangan chek in bandara. Ya, kerap kali petugas ruangan chek ini akan menunggu calon penumpang pesawat yang akan memasuki pintu masuk ruangan chek ini. Biasanya penumpang akan menaruh tas dan barangnya di tempat pemeriksaan yang lengkap dengan tivi sensornya. Kemudian penumpangnya akan melewati pintu sensor. Disinilah, bisanya petugas akan menyetop saya dan sedikit mengintrogasi. Salah satu kalimat yang sering mereka ucapkan,”Ibu sedang hamil ya?” atau “Ibu sedang memakai apa di perutnya?” Disinilah, saya dengan senyum manis menjelaskan kondisi sesungguhnya. Setelah itu, barulah petugas mengerti dan mempersilahkan saya untuk chek in.