Perjuangan Belum Berakhir (Lanjutan dari Ketika Harus MRI Lagi)
Perjuangan saya menghadapi kanker ternyata belum berakhir. Bahkan saya harus menambah berbagai amunisi dan kekuatan agar bisa bertahan dari serangan kanker :)
Ibarat sebuah medan pertempuran dari kedua kubu yang berlangsung terus menerus. Mereka berusaha menunjukkan kekuatan masing-masing. Demikian juga perjuangan dan pertempuran saya berhadapan dengan kanker.
Setelah menjalani MRI beberapa waktu yang lalu (bisa di baca di sini) , akhirnya saya mendapatkan hasil MRI dan mengkonsulkan ke dokter onkologi saya.
Sebenarnya saya sempat melihat hasil MRI itu sendiri sebelum bertemu dengan dokter. Felling saya sudah mengatakan ada hal yang tidak beres dengan hasil MRI tersebut. Bukan hanya dari membaca dari laporan hasil MRI yang terlihat, tetapi juga melihat langsung foto MRI tersebut.
Tampak ada massa yang cukup besar di bagian bawah tulang belakang. Saya langsung menebak, kalau massa itu pula yang bisa teraba dari luar belakang badan belakangan ini.
Saat bertemu dengan dokter onkologi, beliau langsung menanyakan kabar saya seperti biasanya. Nah, inilah yang saya membuat saya dan pasien lain merasa di senang dan di hargai. Saya jadi agak lebih tenang dan tidak terlalu tegang menunggu hasil MRI. Tahu aja kan, kalo pasien kanker itu kadang sudah mumet sendiri dan kadang suka deg-degan menunggu hasil pemeriksaan hehehe.
Dokter onkologi lalu mulai membuka amplop besar hasil MRI saya. Ia pun membaca lembaran hasil MRI dan di lanjutkan melihat foto-foto MRI pada tempat khusus membaca hasil foto. Tampak sekali beliau begitu teliti memperhatikan foto demi foto hasil MRI saya. Dan bersamaan itu pula, saya merasakan jantung saya berdetak tidak karuan menanti hasil MRI.
Ternyata..
Memang benar, masih ada metastase tulang belakang akibat kanker tiroid di tempat sebelumnya. Nah, yang membuat kaget, ada sebuah massa benjolan baru di tulang belakang bagian bawah. Massa itu bahkan seperti menyelubungi tulang pada bagian tersebut. Untuk lebih memastikan apa massa benjolan tersebut, dokter onkologi lalu merujuk saya ke dokter bedah syaraf.
Memang benar, masih ada metastase tulang belakang akibat kanker tiroid di tempat sebelumnya. Nah, yang membuat kaget, ada sebuah massa benjolan baru di tulang belakang bagian bawah. Massa itu bahkan seperti menyelubungi tulang pada bagian tersebut. Untuk lebih memastikan apa massa benjolan tersebut, dokter onkologi lalu merujuk saya ke dokter bedah syaraf.
Dokter onkologi meminta agar bisa di biopsi benjolan tersebut dan dilanjutkan tindakan yang akan di lakukan oleh dokter bedah syaraf.
Sedangkan saya? Saya hanya bisa mengangguk angguk sambil mencoba mencerna kembali apa yang di katakan dokter onkologi. Yang jelas, saya bisa lebih jelas bahwa ternyata masih ada metastase di tulang belakang. Dan hebohnya lagi, ternyata munculnya benjolan baru di tulang belakang, belum bisa di ketahui penyebabnya. Ehmmm.. ternyata, perjuangan saya masih panjang.
Oh iya, saat di rumah sakit, saya sempat di jenguk sama mba Inni Indarpuri, sahabat sekaligus rekan penulis. Kami memang sengaja janjian di rumah sakit untuk bertemu. Kehadiran mba Inni sangat membuat semangat saya kembali yang sempat galau gara-gara hasil MRI hehhee. Terima kasih ya mba Inni.
Oh iya, saat di rumah sakit, saya sempat di jenguk sama mba Inni Indarpuri, sahabat sekaligus rekan penulis. Kami memang sengaja janjian di rumah sakit untuk bertemu. Kehadiran mba Inni sangat membuat semangat saya kembali yang sempat galau gara-gara hasil MRI hehhee. Terima kasih ya mba Inni.
Bertemu dengan Dokter Bedah Syaraf
Pertemuan dengan dokter Bedah Syaraf merupakan pertemuan yang paling saya nantikan. Bahkan rencana pertemuan ini hampir membuat saya nyaris tidak bisa tidur beberapa hari heheheh.
Pagi itu, saya ke rumah sakit di jemput oleh ambulan rumah sakit. Bolak balik ke rumah sakit dengan menggunakan ambulan, membuat saya hapal betul dengan para perawat ambulan. Bahkan kami sering sekali berbagi cerita di dalam ambulan tersebut. Ehh, sebenarnya saya sih yang banyak cerita. Mereka lebih banyak mendengarkan dan menimpali ocehan saya hahahaha.
Sesampainya di rumah sakit, sudah ada keluarga saya yang menunggu disana. Mereka sudah mengurus pendaftaran sedari pagi di rumah sakit. Berhubung, kondisi tulang belakang saya yang tidak cukup baik, Saya pun tetap berbaring cantik di ranjang milik ambulan. Ranjang saya pun akhirnya di bawa menuju ruang poli bedah syaraf.
Syukur alhamdulillah, tak lama akhirnya nama saya di panggil oleh perawat poli. Saya pun segera bertemu dengan dokter bedah syaraf. Dokter bedah syaraf yang saya temui, merupakan dokter senior di rumah sakit. Saya juga banyak mendengar bagaimana keramahan dan sekaligus prestasi beliau menangani pasien bedah syaraf.
Beliau lalu membaca hasil pemeriksaan MRI saya, kemudian mengamati foto-foto MRI dengan teliti. Karena posisi ranjang saya di letakkan di samping tempat duduk beliau, jadi saya bisa mudah mendengarkan apa yang beliau katakan.
Beliau lalu menjelaskan bagaimana kondisi tulang belakang saya sesungguhnya. Sebenarnya penjelasan beliau kurang lebih dengan penjelasan dokter onkologi. Hanya saja beliau lebih detiil lagi ketika menjelaskan bagaimana proses tindakan operasi yang bisa di lakukan untuk mengangkat benjolan tersebut .
Beliau menjelaskan, kalau seandainya di lakukan operasi, maka jenis operasi itu operasi besar. Di samping membutuhkan tindakan medis serius, ternyata operasi ini juga bisa memiliki dampak atau efek bagi saya. Hal ini mengingat kasus penyakit saya sendiri yang bukan kasus biasa, apalagi dengan kondisi tulang belakang yang sudah termetastase kanker. Saya langsung membayangkan betapa rumit dan beresikonya bila operasi itu di lakukan.
Biopsi Benjolan di Tulang Belakang
Untuk lebih memastikan benjolan di tulang belakang, dokter bedah syaraf tetap merujuk saya untuk di biopsi. Biopsi tersebut di lakukan oleh dokter patologi.
Saya bersama keluarga segera bergerak menuju ruangan patologi rumah sakit. Saat itu telah ada beberapa pasien yang menunggu giliran biopsi. Saya pun akhirnya menunggu di ruang tunggu pasien patologi.
Sekitar 1 jam menunggu, akhirnya nama saya di panggil juga. Dokter patologi yang menangani saya sekarang ternyata dokter patologi yang sebelumnya biopsi saya beberapa waktu lalu. Tentu saja beliau cukup familiar dengan saya. Mungkin juga karena saya terkenal sebagai pasien yang suka banyak ngobrol ya hehehe..
Proses biopsi benjolan tulang belakang ternyata tidak serumit yang saya bayangkan. Berhubung benjolan tersebut bisa teraba dari luar bagian belakang tubuh saya, sehingga dokter patologi lebih memudahkan melakukan biopsi. Proses biopsi biasanya menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel cairan dari benjolan tersebut.
Bagaimana rasanya biopsi? Rasanya sebenarnya tidak terlalu sakit. Sama hal seperti sakit sedikit di gigit semut. Yang penting, usahakan kita tidak terlalu tegang saat di lakukan biopsi. Kalau masih merasa takut dan tegang, maka bisa juga menutup mata sembari berdoa dalam hati :D Insya allah rasa takut dan tegang tersebut jauh berkurang.
Akhirnya setelah menunggu cukup lama. Hasil biopsi berhasil saya dapatkan. Dari hasil biopsi dapat di simpulkan kalau benjolan baru di tulang belakang tersebut bersumber dari metastase kanker tiroid. Hasil biopsi itu lalu saya bawa kembali ke dokter bedah syaraf.
Lalu Bagaimana Selanjutnya?
Setelah mendapatkan hasil biopsi benjolan tulang belakang, dokter bedah syaraf merujuk saya kembali ke dokter bedah onkologi. Tindakan operasi benjolan tersebut memang tidak memungkinkan untuk di lakukan.
Saat ini, saya masih menunggu jadwal kontrol bertemu dengan dokter onkologi. Semoga saja bisa di dapatkan solusi terbaik untuk kelanjutan pengobatan saya ini. Amin
25 komentar
Write komentarSemangat dan selalu tawakal sobat
ReplyTidak ubahnya dengan perjuangan alm suami saya, berpuluh-puluh kali radiasi, 3x kemoterapi selama seminggu, plus 6x kemo satu hari, dia lakukan sendirian di RS, bahkan ketika radiasi, dia melakukan sambil bekerja, perjuangan panjang yang melelahkan hingga akhirnya metastasis ke liver, satu hal yang selalu saya ingat bahwa alm terus berjuang sampai pada ke titik nadir, titik dimana tawakal bersarang dan dia mengakhirinya dengan indah.
ReplyTidak ubahnya dengan perjuangan alm suami saya, berpuluh-puluh kali radiasi, 3x kemoterapi selama seminggu, plus 6x kemo satu hari, dia lakukan sendirian di RS, bahkan ketika radiasi, dia melakukan sambil bekerja, perjuangan panjang yang melelahkan hingga akhirnya metastasis ke liver, satu hal yang selalu saya ingat bahwa alm terus berjuang sampai pada ke titik nadir, titik dimana tawakal bersarang dan dia mengakhirinya dengan indah.
ReplyTerima kasih ya mba untuk semangatmu
ReplyTerima kasih ya bu sudah berbagi cerita dan pengalaman alm. Suami.
ReplyMba sayang sungguh luar biasa...mba membuat saya selalu semangat juga untuk sembuh..kita pasti bisa ya mba..
ReplyMbAk Yuni sayang, luar biasa perjuangan mu. Tetap semangat!!
ReplySemoga Allah SWT memberikan kesembuhan dan kesehatan untuk Mbak Yuni. Semoga semua proses yg harus dilalui diberikan kelancaran dan kemudahan...aamiin
Kanker memang bukan akhir dunia, kuncilah dengan tawakal, karena banyak yang bertahan sampai saat ini, namun bila harus diakhiri, maka akhirilah dengan cantik
ReplySaya adalah teman dari sahabatmu yang menyayangimu dan ingin bertemu kembali denganmu. Sahabatmu yang selalu menceritakan perjuanmu, sahabatmu tak lain adalah Sri rahayu, berbahagialah masih mempunyai seorang sahabat.
Kanker memang bukan akhir dunia, kuncilah dengan tawakal, karena banyak yang bertahan sampai saat ini, namun bila harus diakhiri, maka akhirilah dengan cantik
ReplySaya adalah teman dari sahabatmu yang menyayangimu dan ingin bertemu kembali denganmu. Sahabatmu yang selalu menceritakan perjuanmu, sahabatmu tak lain adalah Sri rahayu, berbahagialah masih mempunyai seorang sahabat.
Yg tabah dan sabar serta tetap semangat ya mba Yuni.....peluk dari jauh.....
ReplyYg tabah dan sabar serta tetap semangat ya mba Yuni.....peluk dari jauh.....
ReplySemangat selalu....semoga benjolannya mudah di buang...Amin...
ReplySemangat terus Mba Yuni, semoga diberi kemudahan dan kelancaran oleh Allah..
ReplyAku juga gabung di Pita Tosca tapi nggak aktif di group hehe mampir-mampir ke blog ku juga ya Mba :D
dyahkristiawan.blogspot.com
Semangat mbak yuni!!!
ReplySemoga penyakitnya cepat diangkat dan diberi kesehatan. Aamiin
Semoga segera diberikan jalan kesembuhan oleh ALLAH SWT.
ReplySemangat selalu ya mba.. I know exactly how anxious we all feel saat menjalani semua prosedur ini. God speed..
ReplyInsya allah kita akan selalu memberi semangat dan berusaha untuk sembuh ya mba
ReplyTerima.kasih mba Ira sayang..peluk.peluk
ReplyTerima.kasih ya mba untuk doa dan semangatnya.
ReplySaya sungguh berbahagia memiliki sahabat seperti mba ayu
Peluk peluk mba Tita
ReplyAmin amin..makasih mr JK
ReplyHalo mba..
ReplySenangnya bisa ketemu sesama bloggger. Nanti saya pasti akan kunjungi blog mba
Amin amin.makasih mba Nunu sayang
ReplyAmin amin amin.. makasih ya mba
ReplyIya mba. Luar biasa perjuangan kita ini ya mba. Semoga kita selalu kuat dan semangat
Reply