Resensi Kamu Sekuat Aku (2) : Catatan Harian Menghadapi Kanker Leukemia
Judul : Kamu Sekuat Aku 2 ( My Medical Diary)
Penulis : Ashni Sastrosubroto dan Ashwin Sastrosubroto
Penerbit : Grasindo
Tebal : 168 Halaman
Tahun : 2015
Penulis : Ashni Sastrosubroto dan Ashwin Sastrosubroto
Penerbit : Grasindo
Tebal : 168 Halaman
Tahun : 2015
Hingga Saat ini, penyakit kanker masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian masyarakat kita. Mendengar dan bahkan melihat orang terdekat terkena kanker, membuat hati siapa saja pasti sedih. Apalagi bila diri sendiri harus menerima kenyataan terkena vonis kanker. Hal itu pula yang di rasakan Ashya Sastradilaga saat pertama kali di vonis kanker.
Buku Novel Kamu Sekuat Aku (2) merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya yang berjudul sama yaitu Kamu Sekuat Aku. Di buku Kamu Sekuat Aku (2), Ashya lebih banyak dan berbagi pengalamannya dulu saat tervonis kanker leukemia. Cerita di novel ini pun jauh lebih berkembang, di mana Ashya sudah di nyatakan sembuh dari kanker leukemia dan sudah bekerja di salah satu perusahaan.
Aktifitas pekerjaan Ashya yang sangat tinggi dan menuntutnya untuk lebih serius, ternyata berdampak pada pola kehidupan sehari-harinya. Ashya lebih fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya daripada memperhatikan kesehatannya. Padahal, meski sudah dinyatakan sembuh dari kanker leukemia, Ashya tetap harus menjaga pola hidupnya.
Diko Sastradilaga, ayah Ashya yang selalu rajin mengingatkan Ashni untuk selalu menjaga kesehatan. Hingga suatu ketika, Ashya menemukan buku agenda ayahnya yang berisi Catatan Pengobatan Kanker Leukemia Ashya. Ashya mendapatkan vonis kanker leukemia saat usianya menginjak 19 hun. Bersamaan itu ia sedang fokus menyelesaikan tugas akhir kuliahnya.
Namun, Vonis kanker leukemia itu nyaris menjungkir balikan hidup Ashya yang awalnya biasanya indah. Ashya pun harus menjalani perjalanan panjang dan berliku berjuang menaklukkan kanker.
Beruntung, Ashya di kelilingi orang-orang terdekat yang selalu mendukung dan menyupportnya dalam pengobatan kanker. Ayah Ashya merupakan salah satu sosok luar biasa yang mendukung pengobatan Ashya. Di tengah kesibukan pekerjaannya, Ayah Ashya bahkan merelakan waktu mencari berbagai informasi terkait dengan pengobatan kanker leukemia yang di derita Ashya. Ayah Ashya mencatat secara rinci pengobatan Ashya dalam agendanya.
Banyak hal yang di alami Ashya selama menjadi survivor kanker leukemia. Ia pun harus mengalami masa-masa tidak menyenangkan dalam pengobatan kanker misalnya dalam menjalani kemoterapi. Belum lagi karena pengobatan yang dilakukan di Singapura, membuat Ashya harus berpisah jauh dengan keluarga.
Termasuk juga saat Ashya harus mengalami patah hati karena di tinggal sang pacar.
Ashya akhirnya bisa bangkit dan menaklukkan kanker leukemia dalam tubuhnya. Selain itu, Ashya membagikan berbagai pengalaman dan kekuatannya kepada para pasien leukemia dan keluarga pasien leukemia lainnya.
Ashya berharap agar para pasien leukemia tersebut bisa terus berjuang dan sembuh seperti dirinya. Walaupun terkadang Ashya harus mengalami kesedihan saat mendengar teman sesama pasien kanker yang lebih dahulu meninggal dunia.
Kisah Ashya begitu menginspirasi karena Ashya begitu gigih memberikan informasi dan pengetahuan mengenai penyakit kanker leukemia kepada orang lain. Ashya bahkan mempergunakan cara-cara khusus agar pengetahuan mengenai kanker leukemia bisa di terima dan di cerna dengan baik oleh orang lain.
Dalam novel ini juga di ceritakan mengenai bagaimana Ashya bertemu dengan teman lamanya, Firman. Perjalanan kisah cinta Ashya dan Firman dalam novel ini menjadi salah satu bagian yang menarik novel ini.
Catatan :
Resensi ini dimuat di Tribun Kaltim, 7 Februari 2016
Resensi ini dimuat di Tribun Kaltim, 7 Februari 2016
6 komentar
Write komentarWuih... menarik ya bukunya. Aku gak pernah lagi baca novel yang berlatarbelakang orang sakit. Sekarang lebih banyak novel fantasies. Kudu baca nih...
ReplySaya malah pengen baca novel fantasies mba hehehe.. kebalik kita ya..
ReplyNovel yang menarik,harus baca nih.
ReplyNovel yang menarik,harus baca nih.
Replynice and perfect
Replykeren abis
Reply