Ketika Survivor Kanker Curhat tentang Kematian
Sebuah chatt baru dari salah satu goup WA terbaca oleh dari HP saya.
Innalillahi wa innalillahi rojiun. Telah meninggal dunia sahabat kita . Semoga amal ibadah almarhum di terima di sisi Allah, dan keluarga yang di tinggalkan di berikan kekuatan dan kesabaran. Amin.
Jleb..
Serasa saya langsung lemes dan sedih membaca WA tersebut. Sungguh saya tidak menyangka, salah seorang sahabat survivor kembali berpulang ke hadirat Allah.
Serasa saya langsung lemes dan sedih membaca WA tersebut. Sungguh saya tidak menyangka, salah seorang sahabat survivor kembali berpulang ke hadirat Allah.
Dan saya rasa, bukan saya saja yang merasakannya. Teman-teman yang mengenal almarhum, pasti akan merasakan hal yang sama. Saya pun segera memanjatkan doa untuk almarhum. Saya masih bisa merasakan bagaimana kebaikan hati dan keramahan almarhum kepada saya. Semoga Allah memberikan tempat terindah untuk almarhum.
Tentang Kematian
Jujur...
Saat pertama kali menerima vonis kanker tiroid stadium akhir di awal tahun 2013, saya langsung berfikir kematian saya semakin dekat. Saya jadi seperti meramalkan hidup saya yang tidak lama. Kalau diingat masa-masa itu, sepertinya saya begitu naif menanggap bisa memprediksi umur saya sendiri.
Saat pertama kali menerima vonis kanker tiroid stadium akhir di awal tahun 2013, saya langsung berfikir kematian saya semakin dekat. Saya jadi seperti meramalkan hidup saya yang tidak lama. Kalau diingat masa-masa itu, sepertinya saya begitu naif menanggap bisa memprediksi umur saya sendiri.
Padahal, dalam kehidupan manusia, hanya Allah semata yang memiliki rahasia mengenai kematian seseorang. Tugas kita sebagai manusia hanya menjalankan hidup sebaik-baiknya di dunia ini dan lebih memperkuat keimanan kita.
Saya jadi ingat perbincangan saya dengan dokter onkologi. Beliau sudah menangani saya sejak awal saya tervonis kanker stadium akhir sekitar 4 tahun yang lalu. Saya sempat bertanya pada beliau, berapa lama waktu bertahan saya dengan kondisi kanker yang sudah menyebar ke tulang belakang dan paru seperti ini. Saya pun curhat dengan beliau, mengenai berpulangnya teman-teman survivor .
Dokter onkologi saya dengan tegas menjawab, bahwa masalah hidup dan mati itu urusan Allah. Sebagai manusia, kita tidak berhak menentukan hidup dan mati kita. Serahkan semua kepada Allah, terus beribadah dan berdoa. Yang terpenting, terus berusaha dan berobat. Kematian itu bisa menjemput siapa saja kalau memang sudah di gariskan. Bahkan orang sehat sekalipun, apabila memang waktunya sudah tiba, maka tiada satu pun yang dapat mencegahnya.
Berbagai jawaban dari dokter onkologi juga di pertegas dari berbagai teman seperjuangan maupun teman yang lebih mengerti agama dari pada saya. Allah sudah mengatur umur seseorang hambaNya.
Hai ini pula di pertegas di dalam Al Quran, bahwa kematian telah ditentukan waktunya oleh Allah, tidak dapat ditunda atau dipercepat
(وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)
[Surat Al-Munafiqun 11]
[Surat Al-Munafiqun 11]
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Jadi sebaiknya kita tetap terus menjalani kehidupan ini sebaik-baiknya, dan tetap mempersiapkan diri bila ajal menjemput. Karena toh bagaimana pun juga, setiap manusia akan berpulang kepada Allah. Hanya saja, kita tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana ketika kita akan berpulang.
Tulisan ini memang terlihat lebih serius dari pada tulisan-tulisan saya sebelumnya. Tulisan ini memang sengaja saya buat untuk lebih menguatkan diri saya maupun teman-teman survivor kanker lainnya. Bahwa kehidupan ini sudah ada Allah yang mengaturnya, termasuk mengenai umur kita. Tugas kita sebagai manusia adalah terus menjalani hidup sebaik-baiknya dan beribadah kepada Allah.
Janganlah langsung berfikir, dengan vonis kanker adalah akhir dunia. Atau berfikir Vonis kanker berarti kematian akan semakin dekat kita. Sebaiknya janganlah berfikir seperti itu. Karena bagaimama pun juga, Allahlah yang menentukan berapa lama kita akan bertahan dalam hidup ini.
Namun, tetap juga kita sebagai manusia, jangan terlena dengan kehidupan ini. Kita harus benar -benar menjalani kehidupan ini sebaik-baiknya dan lebih mendekatkan diri pada Allah. Kita juga tetap harus terus berikhtiar dan berusaha untuk berobat.
Jangan hanya pasrah menunggu waktu. Sehingga, bila waktu ajal itu datang menjemput, kita sudah sudah bisa menyiapkan diri sebaik-baiknya
Saya juga kerap berbincang dengan teman-teman survivor. Memang pada awalnya, menerima vonis kanker itu tidaklah mudah. Bahkan bisa membuat kage, syok, marah, sedih dan bahkan langsung memikirkan ini sebagai tanda kematian.
Memang biasanya di awal-awal vonis kanker, terjadi pergolakan yang luar biasa dalam hati kita. Namun seiringnya waktu, semua akan bisa kita jalani dan hadapi dengan lebih tenang.
Kita juga tidak boleh berputus asa dan berikhtiar dalam berusaha pengobatan. Ada banyak cerita yang saya tahu, bagaimana perjuangan seorang survivor kanker yang berujung manis dengan kesembuhan atau kankernya di nyatakan sudah bersih.
Saya percaya, selain kesembuhan itu merupakan mukjizat dan rahmat dari Allah, hal itu juga karena survivor tersebut terus berikhtiar dan berusaha untuk mencapai kesembuhannya. Karena itu, sudah sepatutnya kita harus terus berusaha dan ikhtiar untuk menjalani semua ini. Terutama tetap terus meminta dan memohon kepada Allah untuk di berikan yang terbaik dalam menjalani pengobatan ini.
Dan saya juga yakin dan percaya, bahwa Allah memberikan sakit ini pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Allah merupakan pengatur skenario terbaik di dunia ini. Tidak ada seseorang manusia pun yang bisa mengetahui maksud dan tujuan dari Allah.
Namun begitu, kita terus harus menjaga prasangka baik kepada tujuan Allah memberikan sakit itu. Rasa Sakit yang di jalankan dengan iklas dan sabar, tidak hanya lebih mendekatkan diri kita kepada Allah. Tetapi juga bisa membuat kita mengingat Allah dan bertaubat dengan waktu yang ada.
Bahkan ada sebagian dari teman teman survivor yang menganggap kanker ini sebagai warning atau lesempatan hidup kedua, dimana ia menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Lebih banyak melakukan hal-hal positif, mendekatkan diri dengan keluarga, dan bahkan menyiapkan mental dan hal-hal lainnya bagi keluarganya bila kelak ia akan berpulang.
Bahkan ada sebagian dari teman teman survivor yang menganggap kanker ini sebagai warning atau lesempatan hidup kedua, dimana ia menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Lebih banyak melakukan hal-hal positif, mendekatkan diri dengan keluarga, dan bahkan menyiapkan mental dan hal-hal lainnya bagi keluarganya bila kelak ia akan berpulang.
18 komentar
Write komentarSemangat.. itulah yang selalu kusuka darimu. Tetaplah semangat sahabatku
ReplySalut dengan semangat dan optimisme Mbak Yuni. Saya yakin, tidak mudah memunculkan perasaan ini ditengah-tengah sakit yang sedang Mbak Yuni alami. Tapi Mbak Yuni menghadapinya dengan cara yg berbeda, yaitu berdamai. Menerima ketentuan Sang Pencipta dgn ikhlas, terus berjuang dan berikhtiar, memanfaatkan setiap detik waktu untuk berbuat dan menebar kebaikan. Sebaik-baik manusia hidup adalah untuk beribadah. Biarlah urusan hidup dan mati itu kita serahkan pada Allah. Semangat terus Mbak Yuni, dirimu adalah sumber inspirasi saya dan banyak orang. Semoga semua sakit yg kau rasakan menjadi penggugur dosa-dosa dan semua kebaikan yg kau tebarkan menjadi amal ibadahmu.
ReplyI love you Mbak Yuni. Big HUG.
Tulisan Mbak Yuni selalu memberi kesejukan dalam jiwa dan selalu menginspirasi. Semangatmu memang luar biasa, Mbak.
ReplyAku selalu suka dengan optimis dan semangat mba yang belum tentu bisa dimiliki oleh siapapun jika terkena vonis penyakit ini. Sepakat mba sakit bukanlah akhir dari segalanya. Saya bisa melihat produktifitas mba dan semangat berbagi yang luar biasa buat saya pribadi.
ReplySaya bersyukur bisa ngeblog dan kenal mba lewat blog ini ^^
Keep move on huny bebe...
ReplyKeep move on huny bebe...
ReplyTetap semangat dan menginspirasi Mbak ....
ReplyTetap semangat dan terus berbagi inspirasi Mbak. Doa kami menyertaimu..
ReplyTerima kasih selalu menyupport dan mendukungku mba
ReplyAmin amin untuk doanya mba. I love you too.. pelukkk
ReplyTerima kasih untuk selalu menyemangatiku ya mba
ReplySaya juga bersyukur bisa mengenal mba dengan ngeblog ini. ^_^ pelukkk
ReplyPelukkkk
ReplyTerima kasih ya mba Nunung
ReplyTerima kasih mba untuk doa dan semangatnya
ReplySemangat mba, baca tulisan kanker yang marak bulan Oktober kemarin jadi ingat kakak saya yang kena kanker payudara dan saat ini sedang tinggal di Jepang... Semoga Mba Yuni & kakak saya selalu diberi kekuatan dan kesehatan selalu :)
Reply
ReplySuka banget pada bagian ini:
"Bahwa kehidupan ini sudah ada Allah yang mengaturnya, termasuk mengenai umur kita. Tugas kita sebagai manusia adalah terus menjalani hidup sebaik-baiknya dan beribadah kepada Allah"
Semoga Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyembuh segera mengangkat semua penyakit, mbak.
Aamiin... Ya RobbilAlaamiin.
Kematian. Kejadian besar yang menakutkan, ya Mba. Saya suka tulisan mba, menjadi tadzkirah bagi diri saya. Bahwa kematian bisa datang kapan saja...
ReplySemoga Allah kuakan mba dalam kesabaran, hingga sakitnya mba menjadi wasilah menuju syurga.