Apakah Mama Akan Meninggal?
Tentang Fenomena Sinetron dan Film Indonesia
"Apakah mama akan meninggal?" Tanya anak saya suatu hari.
"Maksudnya seperti apa?"Tanya saya bingung. Terus terang saya cukup kaget mendengar pertanyaannya.
"Seperti di film itu, Ma. Dia kena kanker, dan akhirnya meninggal,"jawab anak saya pelan.
Hohohoho..rasanya pertanyaan itu menghujam tepat di jantung saya. Rupanya fenomena film dan sinetron Indonesia sekarang yang kerap menampilkan tokoh sakit kanker dan buntut-buntutnya meninggal, menjadi perhatian anak saya. Ia pun lalu menyamakan penyakit kankerku dan kanker si tokoh tersebut.
Well, memang rasanya sangat dramatisir sekali, ketika suatu kisah seorang pasangan muda yang mana salah satunya sakit kanker. Kisah-kisah mengharukan terurai panjang diantara mereka. Bagaimana perjuangannya menghadapi kanker di dampingi sang kekasih tercinta. Bagaimana kekuatan cinta yang akhirnya membuat ia rela menerima kondisi pasangannya dengan iklas dan dibumbui romantika cinta yang manis dan tulus. Atau ada pula yang mengisahkan sepasang anak muda, dimana sang cowok memutuskan sepihak si cewek hanya karena tidak ingin si cewek sedih mengetahui ia sakit kanker. Walaupun akhirnya si cewek pun tahu si cowok terkasih terkena kanker saat detik-detik terakhir ia akan meninggal.
Ah.. Sinetron dan film memang selalu berbumbu romantika. Padahal terkadang tidak seperti kenyataannya. Banyak pasien kanker yang akhirnya bisa kuat dan survive sampai sekarang. Banyak pasien kanker yang akhirnya bisa menerima dan iklas menjalani vonis kankernya.
Kanker seolah-olah menjadi sebuah penyakit yang mematikan dan menakutkan bila di cermati dalam sebuah film dan sinetron. Tentu saja hal ini jadi semacam bias tersendiri, khususnya bagi masyarakat. Sehingga ketika masyarakat mendengar kata kanker, menjadi sebuah nightmare . Terlebih apabila mereka tervonis kanker. Bayangan-bayangan tentang kanker menjadi semacam keraguan tersendiri buat sembuh.
Mengapa para sineas sinetron atau film tidak membuat kisah perjuangan pasien kanker yang bisa survive dan menginspirasi masyarakat. Oke lah, memang ada 1 atau 2 sinetron atau film yang seperti itu. Kalaupun akhirnya si tokoh meninggal, ia bisa meninggalkan berbagai cerita indah dan kebaikan semasa hidup. Tapi itu masih berbanding sedikit dengan sinetron atau film yang berakhir dengan kisah pilu dan sedih mengenai kanker.
Mengapa tidak menjadikan sinetron atau film sebagai edukasi bagi masyarakat mengenai pemahaman tentang kanker. Tentang bagaimana mereka berusaha survive hidup dan tetap berbuat manfaat bagi orang lain. Bukan sosok yang sakit-sakitkan dan cenderung menyulitkan heheheh.. Ups.. Ini sebenarnya hanya sekelumit kisah yang ingin saya ungkapkan melihat fenomena sinetron dan film sekarang.
"Ma..., mama nggak akan mati kan?"Tanya anak saya lagi.
"Hidup dan mati mama sudah di atur Allah. Kalau pun memang mama nanti meninggal, itu karena memang takdir dari Allah,"ujar saya berusaha menahan air mata.
Ah.. Saya tahu.. Anak-anak saya sangat kuat menghadapi kenyataan bahwa mamanya terkena kanker. Mereka tumbuh jadi anak-anak yang mandiri dan tidak cengeng. Mereka tidak protes bila saat-saat tertentu saya memang tidak cukup kuat menemani mereka bermain ataupun jalan-jalan.
Mereka tahu saya menyayangi dan mencintai mereka dengan cara yang mungkin berbeda dengan ibu lakukan terhadap anak-anaknya. Dengan keterbatasan secara fisik yang kadang tidak stabil, saya berusaha menemani mereka dan tentu saja mendoakan mereka. Bahkan ketika ditanya oleh siapa pun tentang sakit mamanya, mereka akan menjawab mama kena kanker. Mereka pun dengan lantang akan bilang mama sudah sembuh.
Allah sangat baik pada saya. Saat saya tervonis kanker, namun saya tetap berusaha kuat dengan memberikan anugrah anak-anak yang sehat, cerdas, mandiri dan perhatian. Semoga Allah senantiasa melindungi kami sekeluarga... Amin..
26122013