Ayo, Kita Bantu Pengobatan Anisa, Survivor Kanker Cilik
Anisa Nasfiti Agustin, anak perempuan manis yang berusia 10 tahun yang tinggal di Kota Samarinda bersama keluarganya. Saya mengenal Anisa dan ibundanya, Ibu Wiwiek, karena beberapa kali bertemu langsung.
Anisa terlihat sangat ceria seperti anak kecil seumurannya. Namun siapa sangka, di balik tubuhnya tersimpan penyakit yang cukup berat. Ya, Anisa telah tervonis kanker Tiroid yang sudah menyebar.
Perjalanan sakit yang di alami Anisa, dituturkan langsung oleh Ibu Wiwek kepada saya.
Awalnya, pada usia 4 tahun, ibu Wiwiek menemukan benjolan di leher Anisa. Kemudian ibu Wiwiek mencoba memeriksakan Anisa ke dokter umum. Dokter umum mencurigai benjolan tersebut ganas, lalu merujuk ke dokter bedah umum.
Setelah di periksa lebih lanjut oleh dokter bedah, ternyata memang kanker tiroid dan harus segera di operasi. Anisa pun menjalani operasi kanker tiroid untuk pertama kalinya di usia 4 tahun.
Pada usia Anisa 5 tahun, ternyata benjolan tersebut muncul kembali. Kedua orang tua Anisa mencoba pengobatan herbal alternatif terlebih dahulu. Hal ini di karenakan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk operasi selanjutnya.
Ternyata perjalanan kanker tiroid di tubuh Anisa semakin cepat. Apalagi berpengaruh dengan kondisi fisik Anisa yang semakin melemah karena kanker semakin terus mengusik tubuh mungilnya. Hingga pada usia 6 tahun, Anisa kembali menjalani operasi kedua kalinya dan ditangani dokter onkologi.
Anisa Saat Koma di ICU |
Pengobatan Terapi Radiasi Nuklir
Pengobatan kanker selanjutnya yang dilakukan Anisa yaitu ablasi radiasi nuklir. Ablasi radiasi nuklir ini memang untuk pengobatan kanker tiroid, dimana berfungsi untuk memberantas sel sel kanker tiroid di tubuh pasien kanker.
Karena tidak adanya pengobatan nuklir di Kaltim, akhirnya Anisa di rujuk ke Surabaya. Dalam perjalanan pengobatan nuklir, Anisa sempat mengalami sesak nafas hebat. Ternyata setelah di observasi, ada masalah di saluran nafas Anisa. Dokter pun akhirnya memutuskan Anisa untuk operasi tracteatomi di bagian leher.
Sungguh tidak mudah perjuangan Anisa melawan kanker. Apalgi setelah itu, Anisa menjalani ablasi nuklir sebanyak 12 x di Surabaya dengan dosis 30 merkuri. Namun, pernah suatu ketika tidak ada ketersediaan obat nuklir di Surabaya, sehingga mengakibatkan Anisa berhenti sementara melakukan terapi.
Kondisi ini membuat kondisi Anisa tidak begitu baik. Ibu Wiwik mencoba mencari informasi pengobatan lain di Jakarta, dan dapat informasi di RSAPD. Hingga akhirnya berangkatlah mereka berdua ke Jakarta untuk berobat dalam kondisi keuangan pas-pasan.
Namun sesampainya di Jakarta, oleh pihak dokter yang menangani Anisa, diketahui kalau kanker Anisa sudah menyebar ke paru-paru. Sehingga dokter di RSPAD Jakarta merujuk Anisa ke RS Hasan Sadikin Bandung, dimana RS Hasan Sadikin terdapat instalasi kedokteran nuklir lebih lengkap.
Pada bulan Maret 2015 tadi, akhirnya kembali Anisa menjalani pengobatan ablasi nuklir di Bandung . Di rencanakan pada awal bulan Oktober 2015 ini, Anisa harus kembali menjalani radiasi nuklir di Bandung. Walaupun biaya pengobatan kanker terbantu dengan adanya BPJS, namun Anisa dan ibu Wiwiek masih membutuhkan uluran dana untuk akomodasi dan transportasi selama berobat.
Seperti yang kita tahu, pengobatan kanker memang tidaklah murah. Melalui tulisan ini, saya mengetuk pintu hati pintu teman-teman untuk berbagi membantu biaya pengobatan Anissa. Bagi teman-teman yang ingin membantu pengobatan Anisa, bisa langsung datang ke rumah Anisa jl. KH. Samanhudi Gg.Rajawalu Blok B no.70 RT. 05 atau bisa di transfer langsung ke rekening ibunda Anisa , ibu Wiwiek , Bank BRI 4570-01.021509.53.7 . Nomor hp ibu Wiwiek 081350440871