Bedah Buku Belajar dari Universitas Kehidupan
Sumber : Tribun Kaltim |
Cerita dari Bedah Buku
Belajar dari Universitas Kehidupan *)
Oleh : Tri Wahyuni
Zuhri, SP
(Koodinator IIDN
KALTIM, STUDIO KATA)
Sumber belajar tidak harus di sekolah
Sumber belajar itu ada di kehidupan
Kehidupan adalah sumber belajar yang tak pernah kering
Sumber belajar itu ada di kehidupan
Kehidupan adalah sumber belajar yang tak pernah kering
Begitulah
sedikit dari paparan Syafruddin Pernyata saat Bedah Buku Belajar Dari
Universitas Kehidupan. Bedah Buku yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Januari
2012 bertempat di gedung Perpustakaan Provinsi Kalimantan Timur, merupakan
acara yang di gagas oleh Komunitas Buku Etam bekerjasama dengan Badan
Perpustakaan Provinsi Kaltim. Dalam acara tersebut hadir lebih 100 peserta yang
berasal dari masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dan akademika.
Belajar
dari Universitas Kehidupan merupakan buku karya Syafruddin Pernyata yang berisi
30 kisah inspiratif yang diangkat dari kisah nyata yang biasa kita temui
keseharian. Namun di tangan dingin seorang Syafruddin, kisah tersebut diramu
menjadi kisah hebat yang mengandung banyak pelajaran yang bisa di petik. Maka
tidak salah bila Syafruddin mengatakan sumber belajar tidak hanya di dapatkan
dari sekolah, tetapi bisa dari kehidupan sehari-hari. Syafruddin mengibaratkan
kehidupan sebagai sebuah universitas, alamater, perguruan tinggi bagi mereka
yang menyadarinya.
Sebut
saja kisah seorang ibu yang rela bekerja keras demi merawat keempat anaknya.
Suaminya telah meninggal dunia, dan sang ibu harus bertahan untuk menghidupi
anak-anaknya. Ia memilih pekerjaan yang halal walaupun harus mengurusi seorang
nenek renta yang sering membuang (maaf) kotoran sembarang dan pikun. Semua ia lakukan untuk memberikan nafkah
halal untuk anak-anaknya. Atau ada pula
kisah seorang ibu yang memilih
membesarkan anaknya sendiri karena sering mengalami kekerasan fisik dari
suaminya. Berkat kerja keras tanpa
menyerah, akhirnya ibu tersebut berhasil mengantarkan anaknya hingga wisuda dan
meraih predikat cum laude. Bahkan pada saat wisuda dan ketika namanya di
panggil, sang anak langsung bersujud mencium sang ibu karena begitu
terharu atas penghorbanan sang ibu.
Cerita
lain di buku tersebut mengisahkan seorang anak yang bernama Riska yang masih
duduk di bangku SMP. Bagaimana Riska tanggap dengan berbagai pertanyaan yang
sedang ngetrend saat ini. Sebut saja nama artis, nama penyanyi, atau nama band
yang sedang laris manis. Hal ini karena pengaruh semakin majunya informasi
teknologi melalui dunia elektronik dan dunia maya. Televisi, Facebook, twitter
bahkan BB bukan barang baru untuk remaja sekarang. Sehingga mereka cepat
menyerap informasi terbaru. Namun sayang, ketika ditanya siapa penulis Cracking
Zone? Riska kesulitan menjawabnya. Terlebih pertanyaan-pertanyaan berbobot
lainnya. Syafruddin seakan menyentil kita, dengan memperlihatkan bagaimana
budaya membaca telah bergeser di masyarakat kita. Padahal membaca adalah jalan
untuk mengasah hati nurani. Serta banyak
kisah-kisah lain di buku ini yang tidak hanya bisa membuat kita tersenyum,
tetapi pula terharu bahkan menangis membacanya.
Dalam
acara yang di pandu oleh Tri Wahyuni Zuhri, penulis sekaligus koordinator IIDN
Kaltim. selaku moderator tersebut. Acara semakin menarik dengan menhadirkan
pembedah yaitu Abdul Hakim. Hakim selain berprofesi sebagai guru dan penulis,
Ia pun kerap meraih award atau penghargaan sebagai guru berprestasi di tingkat
daerah dan nasional. Banyak hal yang
disampaikan Hakim saat membedah buku tersebut. Ia pun menyebutkan buku Belajar
dari Universitas Kehidupan merupakan salah satu buku referensi yang baik untuk
di baca. Selain menceritakan kisah kesehariaan dalam kehidupan sehari-hari,
dengan bahasa dan tutur yang mudah di pahami. Hakim pun mengungkapkan buku
tersebut bisa menjadi sumber belajar kehidupan bagi pembacanya.
Disela-sela
tanya jawab, ada beberapa pertanyaan peserta yang cukup menarik, salah satunya
mengenai bagaimana cara. Syafruddin membagi waktu dalam menulis dan pekerjaan.
Seperti yang diketahui, Syafruddin Pernyata selain sebagai penulis, beliau juga
berprofesi sebagai Kepala Diklat Provinsi Kaltim yang memiliki banyak aktfitas
dan kegiatan. Namun ditengah kesibukan beliau tetap mampu menghasilkan karya
tulisan yang menginspirasi. Kuncinya adalah tetap menulis walau di tengah
kesibukan. Tentu saja jawaban ini menambah semangat peserta yang hadir untuk
mengikuti jejak beliau untuk berkarya. Semoga kegiatan bedah buku dan penulisan
seperti ini akan terus di laksanakan di Kaltim, sehingga dapat terus merangsang
semangat membaca dan menulis menuju Kaltim Cerdas. Amin