Catatan Perjalanan : Sekolah Perempuan, Wujudkan Impian Perempuan Untuk Menulis
tribun kaltim, 18 Mei 2014 |
Awal bulan Mei ini menjadi perjalanan istimewa bagi saya ke Bandung. Saya mempergunakan kesempatan bersilaturahmi dengan beberapa perempuan yang luar biasa selama disana. Salah satunya Indari Mastuti, founder Sekolah Perempuan sekaligus founder Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Pusat. Sebenarnya, saya sudah cukup lama mengenal Indari, terlebih kami memang menggeluti bidang yang sama yaitu penulisan. Namun baru kali ini saya berkesempatan untuk berkunjung di Sekolah Perempuan yang beliau dirikan. Apalagi hari kedatangan saya untuk silaturahmi itu bertepatan dengan pertemuan pertama kelas Sekolah Perempuan angkatan ke 4. Tentu saja, rasa ingin tahu saya mengenai sekolah perempuan ini akan terpenuhi.
Pembicaraan kami berdua di awali dengan diskusi seru mengenai penulisan dan disuguhi menu sarapan pagi khas kota Bandung. Sekolah Perempuan sendiri diresmikan oleh founder Indari Mastuti pada 17 Agustus 2013 lalu. Sekolah Perempuan telah mendapatkan penghargaan sebagai juara 1 IDE BISNIS dari Sekar Womenpreneur pada tahun 2012 lalu. Diharapkan melalui Sekolah Perempuan akan menjadi wadah positif bagi para perempuan, khususnya ibu rumah tangga untuk mengembangkan kemampuannya melalui menulis.
Kegiatan Sekolah Perempuan ini dilakukan selama 3 bulan untuk tiap angkatan. Dimana dalam waktu 3 bulan dilakukan sebanyak 12 pertemuan baik secara offline atau tatap muka secara langsung maupun melalui internet. Selain itu, Sekolah Perempuan menyelenggarakan kelas tunggal dan kelas khusus yang bisa di lakukan secara online.
Mengingat banyaknya peminat Sekolah Perempuan dari berbagai daerah di Indonesia maupun dari luar negeri, Indari sekarang membuka kelas baru melalui kelas Online. Kelas Online ini memiliki kurikulum, pengajar, dan waktu pertemuan yang sama dengan kelas Offline. Yang membedakannya, kelas online bisa dilakukan dimana pun peserta berada tanpa perlu tatap muka secara langsung. Informasi mengenai Sekolah Perempuan bisa dibuka melalui website www.sekolahperempuan.com
Tentu saja hal ini sangat memudahkan bagi para perempuan yang ingin belajar menulis tanpa perlu jauh-jauh datang ke Bandung. Cukup belajar dengan mempergunakan fasilitas internet di rumah dan menyesuaikan waktu pertemuan belajar yang telah di tentukan. Para pengajar di Sekolah memiliki latar belakang penulis dan editor, yaitu Anna Farida (Bandung), Julie Nava (Amerika), Nurul Asmayani (Kalimantan), Ida Fauziah (Malaysia), dan tentu saja Indari Mastuti.
Selain sebagai penulis yang telah menulis lebih dari 50 judul buku, Indari Mastuti sendiri merupakan entrepreneur di bidang jasa copywriting dengan brand Indscript Creative. Indari kerap mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi di Indonesia, seperti Perempuan Inspiratif Nova (2010),Finalis Kusala Swadaya (2011), Juara 2 Wirausaha Muda Mandiri (2012), Perempuan Terinspiratif Indonesia Majalah Kartini (2012), Finalis Wanita Wirausaha Femina(2012), Juara 3 Kartini Awards (2012), Finalis Kartini Next Generation (2012),100 Perempuan Pilihan Indonesia Mengubah Dengan Cinta SunLight (2013), Juara I Sekar Womenpreneur (2012), hingga Superwoman Indonesia (2014).
Silaturahmi kami pun berlanjut dengan pembukaan kelas angkatan ke 4 Sekolah Perempuan. Saya terkesan dengan para peserta yang hadir dalam kelas terdiri ibu rumah tangga dengan ragam kegiatan. Mereka semua terlihat sangat antusias mengikuti kelas Sekolah Perempuan. Sebagian besar dari mereka bahkan memang baru memulai belajar untuk menulis. Rasa kekeluargaan dan saling mendukung satu sama lain sangat jelas terlihat pada pertemuan tersebut.
Saya sangat tersanjung ketika Indari meminta saya berbagi pengalaman sekaligus motivasi menulis kepada para peserta. Bagi saya, kegiatan menulis mengajarkan banyak hal positif kepada saya. Setiap orang, termasuk ibu rumah tangga bisa menulis, asal ada kemauan dan terus berlatih. Bisa saja, menulis awalnya sebagai penyaluran hobbi atau bentuk esistensi diri yang positif. Namun seiring berjalannya waktu, menulis bisa saja menambah pemasukan bagi ibu rumah tangga. Bahkan, menulis bisa menjadi terapi jiwa dan kesembuhan bagi seseorang. Hal itu pula yang saya rasakan sebagai survivor kanker.
Sekolah Perempuan yang di dirikan Indari Mastuti ini merupakan salah satu wadah yang positif bagi kaum perempuan untuk berkarya. Terlebih saat ini internet sangat mudah di akses oleh siapapun, tak terkecuali ibu rumah tangga. Mereka bisa belajar melalui online untuk mengikuti kelas menulis Sekolah Perempuan. Dari beberapa angkatan yang di selenggarakan Sekolah Perempuan, karya-karya peserta sekolah ini sudah berhasil menarik perhatian penerbit dan media.
Tentu saja ini merupakan keberhasilan yang sangat menggembirakan bagi peserta maupun mentor Sekolah Perempuan.
Silaturahmi saya dan Indari memang harus terbatas waktu hari itu. Namun, begitu banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang bisa saya dapatkan dari pertemuan kami. Salah satunya mengenai bagaimana para perempuan Indonesia bisa lebih menggali potensi dan mengembangkan eksistensi dalam dirinya. Tentu saja tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Semua itu tidak lepas dari dukungan dan semangat sesama perempuan agar terus bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Semoga akan terus bermunculan perempuan-perempuan luar biasa yang bisa memberikan manfaat positif bagi Indonesia. Amin..