Beberapa hari lalu, saya mendapatkan informasi dari seorang teman penulis yaitu mba Nan Djabar, kalau kisah saya di muat di Majalah Paras edisi Mei 2016. Sebelumnya, saya memang meminta tolong kepada mba Nan untuk melihat apakah ada tulisan profil saya di edisi tersebut. Secara bersamaan juga, tulisan traveling mba Nan Djabar di muat pada edisi yang sama. Dan ternyata memang tulisan tersebut masuk pada rubrik Kisah Sejati di majalah tersebut. Alhamdulillah.
Bermula dari sebuah Inbox
Beberapa teman bertanya kepada saya, bagaimana hingga kisah saya sampai di muat di majalah Paras. Semua bermula saat beberapa waktu yang lalu. Saat itu saya mendapatkan inbox dari mba Ima, wartawan Paras. Mba Ima menanyakan apakah saya bersedia di wawancarai terkait kisah saya dalam menghadapi kanker.
Tentu saja inbox dari mba Ima tersebut membuat saya sangat kaget sekaligus berbunga-bunga. Rasanya tidak menyangka kalau ada sebuah majalah nasional yang menanyakan kesediaan saya untuk di wawancarai untuk dimuat di majalah mereka. Singkat cerita, saya pun menyetujui untuk di wawancarai yang mana pertanyaan yang di berikan terkait kehidupan saya terutama berkenaan menghadapi penyakit kanker.
sumber foto dari mba Nan Djabar |
Ada berbagai pertanyaan yang di berikan mba Ima untuk saya jawab. Membaca pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya merasa kembali mengingat perjalanan masa-masa awal di vonis kanker hingga saya ini. Vonis Kanker Stadium lanjut yang sudah menyebar ke tulang belakang dan paru-paru, memang sempat membuat saya down dan sedih. Rasanya tidak percaya saya sudah melewati berbagai lika-liku pengalaman dalam menghadapi kanker selama ini.
Saya juga mengingat bagaimana saya berusaha bangkit dan berjuang menghadapi kanker. Serta berusaha terus melakukan berbagai edukasi dan informasi kanker kepada masyarakat, termasuk saling menguatkan dan mendukung sesama survivor kanker. Semuanya masih terekam jelas dalam memori kepala saya dan akhirnya saya tuangkan dalam jawaban berbagai pertanyaan yang di berikan oleh mba Ima.
sumber foto dari mba Nan Djabar |
Walau begitu, tetap ada aja yang protes mengenai foto-foto tersebut. Ya, siapa lagi kalau bukan Raisyah, putri saya. Raisyah protes karena fotonya tidak ada dimuat di majalah Paras bersama saya hehehee.. Rupanya Raisyah sudah pengen eksis juga di media :)
Respon yang Menyejukkan
Saya tidak menyangka berbagai respon positif dari keluarga dan teman-teman setelah mengetahui tulisan mengenai saya di majalah Paras. Mereka turut berdoa dan menyemangati saya untuk bisa terus berjuang menghadapi kanker. Sungguh semua itu menjadi sumber kekuatan bagi saya untuk bisa terus maju berkarya dan tetap berbuat kebaikan, walaupun dengan kanker dalam tubuh saya.
Dari hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima kasih kepada mba Ima serta Majalah Paras yang sudah menuliskan kisah saya. Semoga kisah ini bisa menginspirasi dan memberikan kekuatan bagi siapa saja yang membacanya. Amin...
mba emang keren, saya sakut banget
ReplyDeleteni, mudahan komen saya muncul ya mba
Terima kasih ya mba Milda sayang
DeleteBarakallah Mbak Yuni. Insya Allah semua kisah Mbak Yuni akan menginspirasi banyak orang. Semoga Mbak Yuni tetap kuat dan menginspirasi, ya Mbak ....
ReplyDeleteBtw, adik saya ada yang tinggal di Bontang tapi saya belum pernah ke sana hehehe. Saat dia nikah, saya sedang hamil tua jadi tidak bisa ke Bontang tapi nikahnya tahun 2009, sih.
Hm, mudah2an suatu saat saya berkesmpatan ke Balikpapan lalu ke Bontang, kita bisa ketemuan ya Mbak Yuniii
Terima kasih ya mba untuk doanya. Semoga Allah kelak mempertemukan kita ya mba.
DeleteSemoga kisahmu terus menginspirasi banyak orang mba. Salut! Sehat-sehat terus yaaa mba..
ReplyDeleteTerima kasih ya mba Indah. Dirimu juga salah satu inspirasiku
Delete