Antara Aku, Bandung dan RS Hasan Sadikin
Saya mempunyai banyak impian. Semua impian itu terpupuk sejak saya masih kecil. Salah satu impian saya yaitu pergi ke kota-kota besar di Indonesia. Aneh ya? Sebenarnya tidak terlalu aneh bagi seorang anak seusia saya yang tinggal di sebuah pulau Kalimantan. Dimana saat itu, hanya bisa terhitung dengan jari pusat hiburan atau perbelanjaan di Kota saya.
Ketika teman-teman sepantaran saya bercerita mengenai liburan mereka ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Medan dan berbagai kota besar lainnya, saya hanya bisa gigit jari sambil membayangkan apa yang mereka bicarakan. Tekat dan impian saya semakin bulat untuk pergi ke kota-kota tersebut.
Akhirnya satu persatu kota-kota itu bisa saya datangi bersama orang tua saya.Mereka tahu kalau putri satu-satunya ini begitu menginginkan melihat kota-kota tersebut. Ibarat cewek desa turun ke kota besar, atau si udik lihat kota, dan entah berbagai sebutan senada yang di alamatkan kepada saya. Saya menanggapi semuanya dengan tersenyum. Toh memang saya cukup udik dan kampungan waktu itu, begitu takjub melihat kota besar.
Walaupun selalu ada alasan di balik kedatangan kami ke kota-kota itu. Misalnya ke Surabaya sekalian mengunjungi keluarga besar mama, ke Malang sekalian mengunjungi pakde bude. Dan bahkan saya akhirnya meneruskan pendidikan kuliah di Malang.
Hanya satu kota yang belum saya kunjungi saat itu, yaitu Bandung. Entah mengapa, selalu tidak ada alasan yang tepat untuk bisa ke Bandung. Kalau hanya untuk berlibur, kedua orang tua pasti memilih ke kota-kota yang memang ada kerabat dan teman mereka disana. Tapi Bandung? Tidak ada satu pun disana. Mau pergi sendirian? Aduh, kaya perlu pikir-pikir lagi. Saya bukan tipe orang yang berani berpergian jauh sendirian ke tempat yang belum saya kenal.
Akhirnya Kesempatan Itu Datang
Tahun 2013 merupakan tahun yang cukup berat bagi saya. Awal tahun 2013 saya menerima vonis kanker tiroid yang sudah memasuki stadium 4. Kanker yang saya derita, telah menyebar ke tulang belakang saya. Dokter onkologi yang menangani saya menjelaskan berbagai langkah untuk pengobatan saya. Yaitu tindakan operasi dan lanjut terapi radiasi nuklir khusus untuk kanker tiroid.
Untuk operasi, cukup bisa dilakukan di kota tempat tinggal saya. Sedangkan untuk terapi radiasi nuklir hanya bisa dilakukan di rumah sakit besar yang memiliki kedokteran nuklir. Dokter Onkologi merujuk saya ke RS Hasan Sadikin Bandung. Ya, Bandung !
Rupanya Bandung selain menjadi kota yang penuh eksotika, juga menjadi salah satu kota yang memiliki rumah sakit terkenal dengan dokter-dokter ahli. Saat itu juga hati saya yang awalnya galau dengan vonis kanker, seketika berbunga ketika akhirnya mendapatkan kesempatan ke Bandung. Rupanya impian saya ke Bandung bisa terwujud, walaupun harus melewati sebuah perjalanan hidup yang berliku-liku.
Perjalanan menuju Bandung ternyata sungguh mengesankan. Walaupun selama perjalanan saya harus menahan sakit nyeri karena kanker yang menyerang tulang belakang. Namun semua seakan teralihkan dengan kebahagiaan saya mengunjungi kota Bandung.
Turun dari pesawat di bandara Husein Sastranegara Bandung, saya langsung meminta suami untuk mengabadikan foto saya di sana.
Bandara Husein Sastranegara |
"Foto dulu, pah. Biar pakai kursi roda, yang penting biar keliatan sudah sampai di Bandung,"kata saya dengan pede. Suami saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan saya.
Saya benar-benar merasakan gelora membuncah di dada. Rasanya sungguh tidak percaya bisa sampai ke Bandung. Apalagi perjalanan ke Bandung saat itu dilakukan berdua dengan suami. Serasa bulan madu lagi heheh
Hati yang Tertinggal di RS Hasan Sadikin
Pertama kali menginjakan kaki ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, saya langsung jatuh hati. Bukan hanya karena rumah sakitnya yang besar dan fasilitasnya yang lengkap. Tetapi karena juga pelayanannya yang sangat ramah dan membuat betah. Saya bahkan merasa kalau memang di RS Hasan Sadikin benar-benar menerapkan prinsip pelayanan yang baik kepada pasien.
Kedokteran Nuklir RS Hasan Sadikin |
Apalagi saya yang menjadi pasien baru di RS Hasan Sadikin khususnya di bagian Kedokteran Nuklir. Saya merasa sangat terbantu sekali dengan pelayanan yang ada. Belum lagi dari para dokter dan perawat yang begitu kooperatif, memberikan berbagai informasi yang saya serta pasien lain butuhkan.
Dalam pengobatan radiasi nuklir khususnya bagi pasien tiroid dan kanker tiroid, RS Hasan Sadikin merupakan salah satu RS yang menjadi rujukan nasional bagi kami di daerah. Hal ini di karenakan, RS Hasan Sadikin merupakan satu dari sedikit rs di Indonesia yang memiliki instalasi kedokteran Nuklir dengan fasilitas lengkap dan memadai.
Bersama para dokter nuklir di RS Hasan Sadikin |
Saya sempat bertemu dengan sesama pasien di sana, dan kebanyakan juga berasal dari luar daerah seperti saya. Masih minimnya fasilitas pengobatan di daerah, membuat kami harus di rujuk berobat ke RS Hasan Sadikin. Tapi saya sama seperti pasien-pasien lainnya, ingin melakukan terbaik dalam pengobatan kami. Berobat di RS Hasan Sadikin merupakan salah satu hal terbaik yang bisa saya lakukan. Hehehe..
Oh iya, salah satu tempat yang cukup favorit bagi saya selama di RS Hasan Sadikin yaitu di Cafetaria Rumah Sakit. Di cafetaria ini tersedia berbagai macam aneka makanan, minuman bahkan cemilan yang di suguhkan. Saya paling suka menu soto ayam dan rawon yang tersedia disana. Bisa jadi rekomendasi lho bagi teman-teman yang kebetulan mau berobat ke RS Hasan Sadikin.
Reuni dengan Sahabat di Bandung
Kedatangan saya di Bandung dalam rangka pengobatan, ternyata membawa kesan tersendiri. Para sahabat saya semasa sekolah dan kuliah menyempatkan waktu reuni di sela kesibukan mereka. Begitu pula dengan teman-teman sesama penulis yang tinggal di Bandung.
Reuni teman kuliah |
Mereka datang khusus untuk menyupport saya yang sedang berobat. Mba Sri Rahayu, sahabat saya, bahkan rela jauh-jauh datang dari Bali khusus bertemu dengan saya. Rasanya terharu sekali.
Bersama mba Sri Rahayu dan Nina Kirana |
Saya benar-benar merasa Bandung menjadi kota cinta dan mempertemukan saya dengan teman-teman saya. Kehadiran mereka semua di Bandung benar-benar tulus menyemangati saya.
Kuliner Bandung
Berbicara tentang Bandung, tentu tak lepas dari berbagai keindahan dan fasilitas disana. Sebut saja dari berbagai fasilitas pendidikan tinggi terbaik yang ada Bandung, dan menjadi incaran anak muda di indonedia. Demikian pula dengan fasilitas pusat perbelanjaan yang tentunya menarik untuk di kunjungi. Berbagai tempat wisata dan tempat hiburan juga tersedia lengkap di Bandung.
Selama 2 kali ke Bandung bersama jadwal pengobatan di RS Hasan Sadikin, saya sempat menikmati keliling kota Bandung. Tentu saja berburu menu kuliner khas Bandung menjadi salah satu tujuan utama saya ke Bandung. Beruntung, salah seorang sahabat mengajak saya untuk makan di rumah makan khas Bandung.
Rasa penasaran saya terobati dengan menikmati berbagai menu khas Bandung yang di sediakan. Tidak menyangka rasanya bisa langsung menikmati makanan khas Bandung saat berada di Bandung hehehe.. Selain itu, saya menyempatkan diri memborong berbagai oleh-oleh khas Bandung untuk di bawa pulang ke Kalimantan . Brownies Amanda menjadi salah satu pilihan oleh-oleh favorit anak-anak di rumah.
Hingga saat ini, saya masih selalu teringat dengan kota Bandung. Terhanyut dengan sisi eksotik keindahan kota serta keramahan masyarakat Kota Bandung. Saya berharap suatu ketika bisa berkunjung ke Bandung lagi dengan personil lengkap bersama anak-anak tercinta. Amin.
----------------------
Tulisan ini menjadi salah satu pemenang Give Away Nia Haryanto
16 komentar
Write komentarPasti terharu dan lebih semangat untuk sembuh ya Mbak ketika banyak teman yang datang mensuport apalagi dibelain dari Bali.
ReplySemoga suatu hari bisa terwujud impiannya, ke Bandung dengan personil lengkap tanpa ada alasan berobat ya. Amin...
Amin amin..terima kasih doanya mba. Semoga saja bisa bertemu kembali juga
ReplySemangat mba Yuni untuk sembuh sungguh luar biasa, tidak ada yg tidak mungkin mba. Semoga mba tetap kuat menjalani serangkaian panjang pengobatan.
ReplyMerinding saya bacanya, Mbak. Mbak Yuni hebat. Jika seperti Mbak Yuni, saya pasti gakkan sekuat itu. Sehat-sehat selalu, Mbak. Makasih banyakjuga sudah menyempatkan ikut GA saya. :)
ReplyTerima kasih ya mba Tizara untuk semangat dan doanya. Peluk
ReplyTerima kasih ya mba Nia. Saya memang sangat ingin ikut GA mba ini. Bandung memang kota spesial untuk saya. Sukses terus ya mba. Pelukk
ReplyMiss you friend. Be health and strong always
ReplyMiss you friend. Be health and strong always
ReplyTerharu sekali bacanya mbak T_T
ReplySemoga selalu semangat dan sehat ya mbak
bingung mau komment apa Mbak..
Replysemoga selalu sehat yah Mbak, amin..
semoga lekas sembuh ya Mbk, senang banget dikunjungi oleh sahabat dekat.
ReplyMiss you so much...
ReplyAmin amin.terima kasih ya mba
ReplyTerima kasih ya mbaaa
ReplyAmin amin untuk doanya ya mba
ReplyKak bagi ilmunya ya .
ReplyBapak sayakan pertmanya sakit calidan udah dioprasi juga setelah itu sran dokter di kemoterapi selain itu dileher ada benjolan yang pertama brnjolanya itu ada dikanan lalu dioprasi bersamaan waktu oprasi lidah , kemoterapi pun udah selsai benjolan yang sebelah kanan itu udah mengecil lalu tumbuh lagi benjolan disebelah kanan lalu saran dokter ditrapi nuklir. Terapi nuklir itu biasanya dilakuin berapa hari sekali kak ?
Terus rasanya waktu diterapi gimana sakit atau panas atau apa ?
Tolong ilmunya bagi kak . JAngan lupa dijawab juga kak