Kemoterapi..
Banyak orang yang sering enggan berkenalan lebih lanjut dengan salah satu terapi pengobatan kanker ini. Sebenarnya ini tidak bisa di pungkiri, mengingat banyaknya informasi yang di dapat mengenani kemoterapi. Baik informasi yang benar ataupun informasi yang setengah benar hehehe..
Banyak orang yang sering enggan berkenalan lebih lanjut dengan salah satu terapi pengobatan kanker ini. Sebenarnya ini tidak bisa di pungkiri, mengingat banyaknya informasi yang di dapat mengenani kemoterapi. Baik informasi yang benar ataupun informasi yang setengah benar hehehe..
Apalagi dengan beredarnya film ataupun tayangan televisi yang menggambarkan kondisi pasien kanker yang di kemoterapi. Rata-rata pasti bisa di bilang menyedihkan. Selain rambut botak (heheh.. aku banget), seakan akan pasien kanker menjalani kemoterapi itu mengalami masa masa tidak menyenangkan. Apakah seperti itu? Tidak juga... buktinya sehabis kemoterapi, saya masih baca buku kesukaan saya, nonton film korea, main ama anak anak, dll. Eh, nanti saya cerita di bagian lainnya.
Ketika Memutuskan Kemoterapi
Mungkin pembaca blog saya sudah tahu banget dengan penyakit yang saya derita, yaitu kanker tiroid stadium lanjut yang sudah metastase atau menyebar. Untuk mengetahui cerita tentang kanker saya, bisa baca dengan klik di Pengalamanku dengan Kanker .
Nah, ternyata ada yang protes nanya juga ke saya. Kenapa saya lebih sering menyebut kalau saya stadium lanjut, bukan stadium 4 atau stadium akhir? Padahal jelas jelas kanker saya sudah menyebar. Saya biasanya ngeles.. bilang kalo nyebut stadium lanjut itu berasa lebih soft atau keren hihihih.. Dibandingkan saya menyebut stadium 4 atau stadium akhir, pasti banyak yang heboh dan langsung memasang wajah sedih :)
Oh ya, saya tuh malah inget pernah ketemu sesama stadium lanjut seperti saya. Ternyata mengasyikan ketemu bersama mereka. Kami sama sama sepakat, kalo masalah stadium itu jangan di anggap beban. Toh yang menentukan hidup mati itu Allah lho.. Jadi, salah satu cara untuk menyikapi kalau kita sudah stadium lanjut, yaitu dengan merasa keren aja hahahahaa (lupakan saja... mari lanjut lagi)
Oke oke..
Mari kita lanjut lagi.
Seperti yang sering saya ceritakan dan dokter bilang, pengobatan kanker tiroid yang biasanya sering di lakukan ada operasi dan dilanjutkan dengan ablasi radiasi nuklir iodine 131. Ablasi nuklir iodine 131 memang dianggap efektif bagi pasien kanker tiroid untuk membersihkan sisa sisa sel kanker tiroid yang ada di dalam tubuh pasien kanker tiroid.
Mari kita lanjut lagi.
Seperti yang sering saya ceritakan dan dokter bilang, pengobatan kanker tiroid yang biasanya sering di lakukan ada operasi dan dilanjutkan dengan ablasi radiasi nuklir iodine 131. Ablasi nuklir iodine 131 memang dianggap efektif bagi pasien kanker tiroid untuk membersihkan sisa sisa sel kanker tiroid yang ada di dalam tubuh pasien kanker tiroid.
Saya sendiri sudah 3 kali melakukan radiasi nuklir. Yang pertama kali Oktober 2013 di MRCCC Siloam, kedua di Mei 2014 di RS Hasan Sadikin dan Ketiga di Februari di MRCCC Siloam. Pengalaman saya ablasi nuklir, bisa baca dan klik di Pengalaman Ablasi ya...
Saking seringnya saya ablasi, saya tuh sampai hapal bagaimana prosedur melakukan ablasi hahaha.. Bahkan sering banget berbagi tips untuk menjalani ablasi untuk sesama pasien. Sebenarnya bisa saja terapi kanker tiroid itu dengan menggunakan kemoterapi. Tapi hal itu biasanya disebabkan berbagai alasan, misalnya pasien yang tidak memungkinan ablasi karena masalah fisik, biaya, waktu dll. Tahu aja kan, tidak semua rumah sakit yang menyediakan terapi ablasi nuklir. Biasanya dokter akan menyarankan kemoterapi bagi pasien kanker tiroid dengan berbagai tertimbangan khusus.
Nah, itu pula yang saat ini saya alami. Seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, kalau saya termasuk orang yang sangat telat berobat terkait kanker tiroid saya. Saya baru menyadari kanker tiroid saat kanker itu sudah menyebar ke tulang belakang dan bahkan ke paru paru. Bisa di bayangkan kan,gimana saya harus jadi super women banget buat naklukkan kanker.
Ada juga cerita nih.. saya pas ablasi pertama di MRCCC bareng mba Kartika dari Semarang. Waktu ablasi itu, saya sudah stadium lanjut, sedangkan teman saya baru stadium awal. Bisa di tebak kan.. sampai sekarang teman saya udah ngga ablasi lagi. Beda banget ama saya yang masih terus berjuang melawan kanker.
Sebenarnya kadang saya suka nanya juga sama diri sendiri. Kenapa begitu ya perjalanan ini begitu berliku-liku? Tapi ya saya langsung istifar dan mengingat diri lagi. Masih jauh lebih bersyukur saya karena masih bisa hidup dan bernafas sampai sekarang. Hehehehe..
Selain menjalani radiasi nuklir, tiap hari saya minum obat hormon pengganti tiroid yang namanya eutyrax. Obat ini di minum setelah bangun pagi dan 2 jam sebelum makan pagi. Awalnya sempat keteteran minum obat rutin ini. Tapi sekarang sih sudah bisa menyesuaikan..hihihi.. Pokoknya di samping tempat tidur kudu sedia air putih dan obat eutyrax. Jadi begitu bangun.. langsung deh di minum heheh..
Nah, saya juga kudu suntik infus penguat tulang pakai obat bondronate tiap bulan. Biasanya sering di sebut kemo tulang, karena memang obatnya untuk mengatasi penyebaran di tulang belakang yang bikin tulang saya ada yang keropos. Obat bondronate ini cukup mahal lho, hampir 4 jutaan. Untungnya sekarang obat ini sudah di cover ama BPJS. Thanks ya BPJS.
Tapi berhadapan dengan kanker ini memang tidak bisa terduga juga. Ada kasus baru dalam kanker saya yang mengakibatkan saya mengalami masalah lagi di tulang belakang. Hal itu menyebabkan saya tidak bisa beraktifitas dan lebih banyak di tempat tidur.
Dokter onkologi saya pun sempat geleng geleng kepala menghadapi kanker saya dan sempat nyeletuk kalo kanker saya ini termasuk agresif banget. Saya bilang juga sama dokter onko, mungkin kanker saya pengen seeksis saya kali ya hahahah..
Berhubung kondisi fisik saya tidak memungkinkan ke luar kota dan menjalani ablasi nuklir, dokter onkologi pun menyarankan untuk di kemoterapi dan tetap menjalankan infus penguat tulang bondronate. Target kemoterapi agar bisa membasmi penyebaran di tulang belakang dan paru paru serta beberapa tempat lainnya ( banyak banget yak.. hihihihi)
Saya langsung mengiyakan. Nanggung juga kalau berhenti berusaha berobat. Apalagi suami, orang tua, keluarga dan sahabat memberikan dukungan terbaik untuk saya. Akhirnya saya pun memutuskan kemoterapi dengan obat doxorubicion sebanyak 6 x.
Kemoterapi itu Begitu...
Kemoterapi itu begitu... indah? Memabukan? Memusingkan? Membahagiakan?
Ah.. jawabannya seperti nano nano deh. Ya, kemoterapi itu rasanya seperti nano nano. Numplek berbagai rasa dan perasaan. Campur aduk. Tapi saya berusaha menjalani dengan berbagai strategi. Ibarat berperang, saya sudah menyiapkan segala macam cara menghadapinya hahaha..
Hal ini pun tidak lepas dari dokter onkologi yang sudah menyiapkan berbagai obat untuk mengatasi masalah pasca kemoterapi. Dari obat mual, muntah, nyeri, vitamin,dll.. pokoknya lengkap deh.
Belum lagi dengan berbagai resep dari teman teman survivor yang sudah pernah menjalani kemoterapi. Pokoknya nyaris semua saya terapkan hahaha.. salah satunya dengan minum obat cina yang namanya fufang untuk menjaga stamina selama kemoterapi.
Nah, saya jadi keingat waktu nyari obat fufang ini. Saya sampai harus menelpon distributornya di Jakarta dengan rekomendasi teman teman CISC (Cancer Information and Support Center). Untungnya di Samarinda ada satu toko yang menjual Fufang. Dan mungkin saya sekarang termasuk pelanggan setia fufang di tokonya hahahaa..
Belum lagi dukungan keluarga dan sahabat yang luar biasa buat saya. Suami saya yang kerja di luar daerah setiap saat menelpon menanyakan kabar. Begitu pula dengan ortu saya yang hampir ke rumah membawakan makanan. Mereka benar- benar kuatir kalo saya susah makan karena pengaruh kemoterapi. hehehe..
Kalo para sahabat malah lain lagi. Wiwi, sahabat saya dari jaman SD , sampai pernah bela belain mesan salad buah sampai tekwan plus martabak canai supaya selera lidah saya berasa heheh... Trus ada juga mba Sari yang kadang suka nongol tiba-tiba membawakan makanan dari dapur Kembang Cantiknya biar saya semangat makan. Trus ada juga mba Inni yang tiba tiba membawa makanan dan juga buah jambu biji biar saya ngga drop trombosit dan leukositnya pasca kemoterapi, Lalu ada juga Candy yang suka jengukin ke rumah membawa aneka makanan. Belum lagi teman teman sesama alumni SD, SMP , SMA, dan teman teman sesama penulis dll, yang suka banget ngasih kejutan mengunjungi saya. heehehhe..
Eh jangan salah, teman teman yang di luar daerah juga pada perhatian sama saya. Teman teman sesaama survivor kanker, teman waktu kuliah, teman sesama penulis, rajin banget menyemangati saya. salah satunya mak Kartika Sari, sohib dari ablasi dulu yang rajin banget nyemangati saya . Trus ada mba Sri Rahayu bela belain ngasih buku Kanker Bukan Akhir dunia ke Andy f Noya sekaligus mengirimkan buku Andy F Noya ke saya.
Pokoknya saya benar benar merasa di perhatikan dan di dukung sekali oleh semua orang. heheheh.. bolehkan sedikit narsis dan Ge eR wkwkwk,, Sampai-sampai anak saya Arya dan Raisyah suka komentar, kalo emaknya ini banyak banget yang sayang.
Rambut oh Rambut..
Bicara tentang rambut, erat banget hubungannya dengan kemoterapi. Memang tidak semua kemoterapi bakal bikin rambut rontok lho.. Biasanya tergantung obat kemoterapi yang di gunakan. Untuk kemoterapi saya kali ini, dokter onkologi saya sudah ngomong dari awal mengenai efek kemoterapi yang akan saya alami. Selain bakal mual, muntah, selain itu bisa mengakibatkan rontok dan kemungkinan jadi gundul plontos heheehe.
Saya pribadi sudah menyiasati kemungkinan masalah rontok ini. Salah satunya menyiapkan mental saya serta orang-orang terdekat khususnya anak-anak. Saya dari awal sudah bilang sama mereka supaya tidak kaget kalau rambut emaknya yang super keren ini harus rontok. Semua demi pengobatan yang harus saya jalani.
Awal kerontokan rambut saya tepat sekitar seminggu setelah kemoterapi pertama. Waktu itu saya cukup kaget melihat rambut saya yang begitu mudahnya rontok saat tertarik, Bukan itu saja, rambut rontok itu pun menempel di Bantal bahkan berguguran di lantai. Kaget dan Syok? Ya, iya lah... hahhaha. Okelah, saya memang seumur hidup mengalami rambut gundul baru satu kali, yaitu pas kecil baru lahir. Berarti akan ada gundul yang kedua kalinya yaitu pasca kemoterapi .
Tapi berhubung saya sudah menyiapkan mental dan batin menghadapi kerontokan rambut, jadi saya berusaha merasa dalam kondisi super keren saja. hihihih... Puncaknya, karena sebel rambut rontok terus, akhirnya saya memutuskan memanggil tukang salon langganan mama saya datang kerumah untuk memangkas habis rambut saya sampai botak :) Semua itu berdasarkan pertimbangan simpel aja. Daripada tiap saat saya sedih menyaksikan rambut rontok berguguran dan si mbak di rumah kudu repot menyapu tiap waktu. Ya, sekalian saja saya gundul rambut saya.
Nah, ternyata masalah gundul menggundul itu bukan perkara mudah saudara-saudara.
Orang pertama yang saya beritahu niat saya menggundul rambut adalah suami saya. Walaupun kami jauh, dan dia tidak mungkin lihat proses penggundulan rambut keren saya, tetap saja dia merasa kuatir, Suami saya kuatir saya bakal sedih pasca penggundulan rambut. Apalagi dia tidak ada bersama saya. Kalau ada dia kan, pasti bisa bantu menguatkan hati .. ceilleeeee.. romantisss .Tapi saya jawab kalau tidak masalah saya menggundul rambut. Bahkan saya berjanji untuk tidak nangis atau sedih dengan niat saya.
Hingga tibalah si mba tukang salon datang kerumah malam malam dengan peralatan cukurnya. Ealalaaa... malah si mba yang ngga tega menggundul rambut saya. Bahkan si mba sampai menanyakan beberapa kali keputusan saya menggundul rambut. Saya pun tetap dengan pendirian menggundul rambut. Akhirnya si mbak menggundul rambut saya dengan perasaan tidak menentu. Hehehe... Saya langsung menduga, pasti saya pelanggan perempunan pertama yang ia gundul rambutnya.
Akhirnya Botak Juga
Ya, akhirnya kepala saya botak. Rasanya? Dingin dan adem. Terasa ada sebagian beban besar di kepala dan hati saya yang ikut-ikutan rontok saudara-saudara. Tapi syukur alhamdulillah, saya tetap bisa tersenyum dan tertawa melihat kepala saya yang sudah plontos habis. Yang heboh malah ketiga anak saya. Mereka malah bergantian memegang kepala saya yang seperti bayi baru lahir. Biar mereka ngga terlalu kaget dan sedih, saya menyeletuk kalo emaknya tidak akan hilang ke kerenan walau botak sekalipun ehehhehee..
Ngga cuman itu lho, kami bahkan sempat berfoto selfie berempat dan mengirimkan foto itu kepada suami dan beberapa keluarga dan sahabat dekat. Walaupun saya dan anak anak berfoto dengan gaya keren dan tertawa bahagia, tetap aja orang yang menerima kiriman foto kami merasa sedih juga. Mereka kuatir saya jadi down atau sedih karena kehilangan rambut hehheheh. Saya malah balik menguatkan mereka, kalau model botak plontos itu bakal jadi trend keren di masa mendatang. wkwkwkw...
Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana rasanya tidur dengan kepala botak untuk pertama kalinya? Rasanya adeeeemm dan bahkan saya sampai masuk angin lho hhaha... Ternyata butuh penyesuaian banget dengan rambut botak ini. Tapi paling tidak saya tidak perlu kuatir lagi dengan rambut rontok.
Ais, sahabat saya sejak kuliah, bahkan mengirimkan 5 model topi kupluk untuk saya. Sebenarnya saya sih yang memintanya mencarikan topi itu. Kebetulan dulu waktu kuliah, Ais memang tergabung dengan klub pencinta alam kampus. Sudah begitu, memang di tempat tinggalnya sekarang yaitu wonosobo, terkenal dengan areal pegunungan. Pasti deh, banyak toko yang jualan topi kupluk.
Waktu itu, saya sebenarnya cuman iseng memintanya mencarikan topi kupluk. Eh, ternyata Ais benar-benar mencarika khusus untuk saya. Model dan warnanya pun bermacam-macam lho. Saya berasa jadi orang paling keren sedunia saat memakai topi itu.
Mungkin sekian dulu cerita saya mengenai kemoterapi. Postingan tulisan ini sekalian menjawab pertanyaan teman-teman mengenai pengobatan yang saya lakukan sekarang. Doakan saja, sessi kemoterapinya berjalan lancar dan sukses ya.... Amin amin amin
semoga lancar dan cepat sembuh ya, mak. *hugs
ReplyDeleteAmin amin doanya ya mak
ReplyDeleteSemoga sukses melewati masa masa kemoterapi dan terbebas dari kanker ya.
ReplyDeleteAmin amin...terima kasih doanya pak
DeleteLuar biasa mbak.. Semangat selalu yaa.. #peluuuuukkk
ReplyDeleteP3luk peluk mba roza
DeletePerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Salam kenal juga
DeleteSepertinya, mbak sudah melewati berbagai macam ujian hingga bisa menulis lepas seperti ini. Bahkan saya sering menemui pasien kanker mulai dari balita hingga remaja yang rutin tiap bulan meminta rujukan untuk kemoterapi ke RS Besar. Untunglah sedikit terbantu dengan adanya BPJS. Semoga terus berkarya dan berbagi ilmu lewat tulisan-tulisannya, mbak.
ReplyDeleteBetul pak Hendi. BpJs sangat membantu sekali krn biaya p3ngobatan kanker khususnya kemoterapi sangat besar sekali. Terima kasih sudah berkenan membaca blog saya
DeleteIdih ini mak keren banget, masih semangat nulis, aduh aku kalah pusing dikit aja bawaanya pengin bobo seharian. Semangat :D
ReplyDeleteMakasih semangatnya ya mak... ^_^
DeleteOktober lalu saya terapi ablasi di MRCC Siloam. Sebelumnya saya coba cari di google, gimana sih ruangan ablasi itu... Lalu saya ketemu blog ibu Yuni.
ReplyDeleteMembaca perjuangan ibu melawan kanker jadi inspirasi dan motivasi buat saya.
Ibu Yuni, SEMANGAT ya! the BEST is yet to come! :D
Kekuatan dari Tuhan selalu menyertai ibu Yuni dan keluarga ibu :)
Go, go, go bu Yuni!!! :D
Terima kasih ya ade sudah berkenan membaca blog saya. Semangat semangat semangat
Delete